18 Mei 2025 – Lajnah Imaillah bersama AMSAW Indonesia menginiasi seminar internasional bidang umur thalibat yang bertajuk “The Healing Power of Food” secara daring melalui Zoom dan disiarkan langsung di YouTube. Acara ini menghadirkan narasumber dari Lajnah Imaillah Kanada, Dr. Tammara Soma, Ph.D., MCIP, RPP. Kegiatan yang dimulai pukul 08.00 WIB ini diikuti oleh peserta dari berbagai negara, seperti Malaysia, Amerika Serikat, Kamboja, dan lain sebagainya.
Mengawali seminar, Sadr Lajnah Imaillah Indonesia, Siti Aisyah Bakrie, menyampaikan sebuah kutipan reflektif yang selaras dengan tema yang diangkat bahwa, “Makanan bukan hanya obat bagi tubuh, tetapi juga obat bagi batin dan lingkungan kita.”
Dalam pemaparannya, Dr. Tammara membahas konsep food justice atau keadilan pangan, dengan menyinggung perumpamaan “nasi menangis” yang merupakan simbol dari perjuangan dan kerja keras petani dalam menghasilkan setiap butir nasi. Ia menekankan bahwa pangan tidak sekadar hasil akhir, melainkan merupakan akumulasi dari unsur alam: air, sinar matahari, tanah, dan energi.
Di tengah keberlimpahan pangan global, ketimpangan masih terjadi. Di Kanada, misalnya, 1 dari 7 orang mengalami kekurangan pangan. Hal ini mencerminkan pentingnya menegakkan keadilan dalam sistem pangan. Jika tidak, konflik sosial dapat menjadi konsekuensinya. Dr. Tammara mengutip peringatan Sir John Beddington, mantan Kepala Penasihat Ilmiah Inggris, bahwa dunia berisiko mengalami badai sempurna pada tahun 2030 jika krisis pangan, energi, dan iklim tidak diatasi secara serius.
Ia juga mengaitkan situasi global ini dengan kemunculan kekuatan-kekuatan dunia yang dalam perspektif spiritual digambarkan sebagai Yajuj dan Majuj oleh Hudhur. Menurutnya, kekuatan utama dalam menghadapi tantangan tersebut adalah ketergantungan penuh kepada Allah Ta’ala.
Selain itu, Al-Qur’an telah lama mengingatkan manusia untuk menjaga lingkungan, salah satunya melalui isyarat akan manfaat madu dan pentingnya keseimbangan ekosistem.
Sesi tanya jawab berlangsung dinamis dan dipenuhi antusiasme. Para peserta mengajukan berbagai pertanyaan terkait penerapan keadilan pangan di tingkat rumah tangga hingga lingkungan RT/RW. Dr. Tammara juga menyinggung isu ketimpangan dalam perlakuan terhadap hewan sebagai bagian dari sistem pangan yang kerap diabaikan. Acara ditutup dengan penyampaian kesan dan pesan dari peserta, baik dari Indonesia maupun luar negeri.
“Program ini sangat inspiratif, materinya luar biasa dan penuh manfaat. Saya merasa bangga dan berharap kegiatan seperti ini terus berlanjut,” ungkap Puan Laila dari Lajnah Imaillah Malaysia.
“Terima kasih Lajnah Imaillah Indonesia yang telah mengundang kami menyimak seminar ini yang begitu sangat berbobot, sehingga kita dapat mengetahui informasi tentang pangan global dan hal ini membuka mata kita untuk dapat menjaga dunia kita agar tetap seimbang,” terang Zakia dari Lajnah Imaillah Kamboja.
Begitu menginspirasinya Dr. Tammara yang mana Ia pun mengajak seluruh peserta untuk menciptakan lingkungan rumah dan desa yang lebih hijau serta lestari, misalnya dengan menanam sayuran seperti bayam dan selada di kebun rumah.