Atas persetujuan Pengurus Besar dan Bapak Raisut Tabligh, Bapak Sayyid Shah Muhammad, cabang-cabang Lajnah Imailah diharuskan membentuk Badan Penghubung Lajnah Imaillah Indonesia yang akan bertindak sebagai wakil mereka dalam segala kegiatan atau hal ke luar cabang.
Pada tahun 1950, ketika kaum ibu dari JAI berkumpul dalam Kongres Jemaat Ahmadiyah di Bandung, telah diadakan kesepakatan bersama antara pengurus Jemaat dan para wakil ibu-ibu untuk membentuk Pimpinan Pusat Lajnah di Indonesia.
Pada tahun 1951, dalam kongres Jemaat Ahmadiyah di Padang, dibentuk secara resmi Badan Penghubung Lajnah Imaillah Indonesia, di-singkat BPLI, yang dipimpin oleh seorang Ketua, seorang Wakil Ketua, dan sekretaris-sekretarisnya.
Pada tahun 1987, singkatan Badan Penghubung Lajnah Imaillah berubah menjadi Badan Pimpinan Lajnah Imaillah, berdasarkan persetujuan Pimpinan Jemaat Ahmadiyah Indonesia dengan surat No.4814/A.M.M/VII/87.
Sadr Pertama LI Indonesia
Lajnah Imaillah Indonesia dipimpin oleh seorang Sadr, yang dalam menjalankan amanatnya dibantu oleh jajaran yang dipilih dan dibentuk. Pemilihan Sadr Lajnah Imaillah dilakukan melalui mekanisme yang diatur di dalam Anggaran Dasar. Dalam hal mana, penunjukkan Sadr Lajnah Imaillah harus dilakukan melalui pemilihan kecuali Hadhrat Khalifah memutuskan untuk menunjuk seseorang.
Pada Tahun 1951, terpilihlah Ny. Sadiah Hidayat sebagai Ketua Nasional Lajnah Imaillah (penyebutan awal Sadr LI). Beliau memimpin badan Lajnah Imaillah Indonesia sampai tahun 1961.
Pada tahun-tahun permulaan berdirinya Lajnah Imaillah di Indonesia, belum dipungut iuran khusus dari anggota untuk kegiatan-kegiatan Lajnah Imaillah. Namun demikian, seluruh anggota Lajnah Imaillah sudah dianjurkan untuk melaksanakan pengorbanan-pengorbanan seperti Candah Am, Candah Wasiyat dan pengorbanan-pengorbanan lainnya.