Official Website Organisasi Perempuan Muslim Ahmadiyah

Kabsyah binti Rafi’ ra – Ibu para Syuhada

Kabsyah

Salah seorang putranya, dalam lembaran emas sejarah umat Islam, tercatat sebagai pejuang brilian. Oleh Nabi saw sendiri, buah hati dari ibu hebat ini, pernah disaksikan sebagai Sahabat yang menghukum dengan hukum Allah (HR. Muslim, Ahmad) di atas langit ketujuh. Bahkan, saat ia wafat, arasyi Rahman sempat berguncang keras karenanya (HR. Bukhari, Muslim). Dialah ibunda Sa’ad bin Mu’adz, Kabsyah binti Rafi’.

Dalam catatan Sirah Nabawiyah, Kabsyah binti Rafi’ r.a. merupakan salah satu di antara para sahabiyah (sahabat Rasulullah saw.) yang pertama masuk Islam sejak hadirnya dakwah Islam di Kota Madinah. Ummu Sa’ad bin Mu’adz r.a adalah salah satu di antara sahabat perempuan yang terdepan dalam kebaikan.

Ia adalah salah satu perempuan yang mula-mula membaiat Rasulullah saw., bersama Ummu ‘Amir binti Yazid bin As-sakan RA dan Hawwa’ binti Yazid bin As-sakan r.a. Mereka masuk Islam melalui perantaraan dakwah sahabat Rasulullah saw., Mush’ab bin Umair r.a, yang diutus menjadi duta dakwah Rasulullah saw. ke Madinah. Melalui dakwah yang damai, membuat dua tokoh besar di Madinah, yaitu Sa’ad bin Mu’adz r.a. dan Usaid bin Hudhair r.a., meyakini kebenaran Islam dan akhirnya masuk Islam.

Kabsyah binti Rafi’ r.a. adalah ibu dari dua sahabat Rasulullah saw., yaitu Sa’ad bin Mu’adz r.a. pembawa bendera kaum Anshar dan Amr bin Mu’adz r.a. Ia memiliki nama lengkap Kabsyah binti Rafi’ bin Muawiyah bin Ubaid bin Al-Abjar Al-Khudriyyah. Ia bersama keluarganya tinggal di Madinah.

Sosok Kabsyah binti Rafi’ r.a. selalu menjadi panutan para ibu, karena senantiasa mendorong agar anak-anaknya berjihad turun ke medan perjuangan di Jalan Allah Swt., sampai akhirnya, kedua putranya syahid demi menegakkan Islam dan meninggikan kalimat Allah Swt.

Ketika Rasulullah saw. hijrah ke Madinah, Kabsyah binti Rafi’ r.a. atau Ummu Sa’ad sangat berharap Rasulullah berkenan tinggal di rumahnya. Namun Allah swt. berkehendak lain dengan memilihkan tempat tinggal bagi Rasul-Nya di rumah Bani Najjar. Tepatnya di rumah Abu Ayyub al-Anshari r.a.

Seluruh keluarga dan suku Anshar berlomba-lomba memberi pelayanan terbaik bagi Rasulullah saw. dan para sahabatnya dari golongan Muhajirin. Sejak saat itu, Kabsyah binti Rafi’ r.a. selalu berusaha berada di barisan paling depan dalam memberikan segala sesuatu keperluan dakwah sang pembawa risalah agung, Muhammad saw.

Selalu Mendorong Putranya untuk Berjihad

Ketika Perang Badar terjadi, Kabsyah binti Rafi’ r.a. mendorong dan menyemangati kedua putranya Sa’ad bin Mu’adz r.a. dan ‘Amr bin Mu’adz r.a. untuk ikut berjihad. Ummu Sa’ad sangat bahagia kedua anaknya bergabung dalam misi tersebut. Bahkan sang ibu berharap putranya dianugerahi syahadah di jalan-Nya. Namun takdir berbeda, mereka pulang dengan selamat dan memperoleh kemenangan.

Saat terjadi Perang Uhud, banyak sahabat Rasulullah saw yang gugur di medan perang dan menjadi syuhada. Seusai perang, para muslimah berlarian keluar rumah mencari kabar apakah putra, suami, atau saudara lelakinya syahid atau selamat dalam peperangan.

Kabsyah binti Rafi’ r.a. pun bergegas mencari kabar tentang keselamatan Rasulullah saw dan kedua putranya. Ternyata, putra Kabsyah, `Amr bin Mu’adz r.a., termasuk sahabat yang gugur di medan Perang Uhud.

Meski kabar syahidnya anaknya yang bernama ‘Amru bin Mu’adz, telah sampai kepadanya. Tapi, hal utama yang diinginkannya adalah mengetahui terlebih dahulu keselamatan Rasulullah shallallau ‘alaihi wasallam.

Rasulullah saw. bersabda, “Hai Ummu Sa’ad, ada kabar gembira dan sampaikan kabar gembira ini kepada keluarga mereka. Bahwa keluarga mereka yang meninggal dunia, semuanya masuk surga dan keluarga yang ditinggalkan akan mendapat syafaat.”

Kabsyah binti Rafi’ r.a. berkata: “Kami rela, ya Rasulullah. Siapa yang akan menangisi mereka setelah ini. Doakanlah, ya Rasulullah, untuk orang-orang yang ditinggalkan”. Lalu, Rasulullah saw. pun berdoa: “Ya Allah, hilangkanlah kesedihan hati mereka, lenyapkanlah musibah mereka, dan berikanlah ganti yang baik kepada mereka yang ditinggalkan.”

Ketika Perang Khandaq, Kabsyah mendorong Sa’ad bin Mu’adz, putra yang tinggal satu-satunya itu, untuk segera berangkat perang. Ummu Sa’ad lupa memperhatikan baju besi yang dipakai berperang putranya. Baju besi itu tidak sempurna, di antara siku-sikunya ada yang terbuka sehingga lengannya terlihat jelas.

Hadhrat Aisyah ra sempat mengingatkan kekurangan dari pakaian perang tersebut. Akhirnya ketidaksempurnaan baju perang itulah yang nantinya menjadi jalan bagi Sa’ad bin Muadz r.a. mendapatkan kesyahidan. Sa’ad terkena panah yang menancap di pangkal lengannya.

Setelah berperang, kondisi Sa’ad semakin parah. Dia menemui ajalnya setelah menetapkan keputusan terhadap Kaum Yahudi Bani Quraizhah yang telah berkhianat. Kabsyah binti Rafi’ r.a. mengantarkan putra tercintanya sampai ke liang kubur. Rasulullah saw. berkata kepada Kabsyah: “Apakah tidak cukup mengeringkan air matamu dan menghilangkan kesedihanmu bahwa anakmu adalah orang pertama yang Allah Swt. tersenyum kepadanya serta bergetar Arsy untuknya?”

Mendengar perkataan Rasulullah saw. tersebut membuat Kabsyah binti Rafi’ r.a. terhibur. Kabsyah binti Rafi’ r.a. akhirnya juga wafat di Madinah setelah kedua putranya gugur sebagai syahid. Namanya terukir sebagai sosok muslimah yang mengantarkan anak-anaknya menggapai kesyahidan sampai ke liang kubur dan dia termasuk golongan shahabiyah (sahabat Rasulullah saw.) yang dekat dengan Rasulullah.

LI Indonesia Update