Official Website Organisasi Perempuan Muslim Ahmadiyah

Haru dan Pilu, Perjalanan Lajnah Sulawesi Tenggara menuju Jalsah Salanah.

Desember 2024, Sebuah perjalanan panjang dari Sulawesi Tenggara. Hari penuh haru usai menerima kabar bahagia akan Jalsah Salanah Se-Indonesia. Bagi kami orang Timur, bukanlah perjalanan murah. Namun, rindu mengalahkan gundah, Allah Taala cukupkan kami berangkat

Sempat ada keraguan karena kondisi pada anggota. Namun dengan dorongan semangat dari Para Mubaligh dan Pengurus, membuat anggota kami berbondong-bondong untuk ikut serta dalam pendaftaran Jalsah.

Keberangkatan terbagi 2 kelompok, menggunakan kendaraan Pesawat dan Kapal. Sebanyak 46 anggota Sulawesi Tenggara, mulai membeli tiket sesuai dengan kemampuan masing-masing.

Sabtu, 30 November 2024.

Bersama dengan 16 orang berangkat menggunakan Kapal Laut. Berkumpul di Cabang Kendari, kurang lebih satu jam perjalanan dari tempat kami. Pukul 6 pagi esoknya, kami berangkat dari Rumah Misi Kendari menuju terminal Bus untuk melanjutkan perjalanan kami menuju cabang Bau-bau dengan jarak tempuh kurang lebih 12 jam jalur darat dan laut. Alhamdulillah, kami tiba saat adzan maghrib berkumandang di cabang Bau-bau.

Esoknya, kami tiba di Pelabuhan Murhum Baubau. Menempuh perjalanan 3 hari 2 malam, kapal laut transit menuju makassar dengan cuaca yang sangat baik. Namun tidak dengan perjalanan kami selanjutnya dari Makassar menuju Surabaya. Angin yang kencang, hujan yang lebat, petir dan kilat terus menyambar di lautan, ombak yang sangat terasa menari di lautan lepas membuat kapal kami terasa bergetar. Kepala mulai terasa pusing, banyak diantara kami yang merasakan mual.

Selain kemampuan ekonomi, tujuan saya menaiki kapal paling utama adalah menemani seorang anggota sepuh, untuk berjalan pun beliau harus di pegang. Saya diajak ibu tersebut berangkat menggunakan kapal laut. “Ibu saya ingin berangkat Jalsah” katanya dengan semangat. Saya menanyakan apakah akan diantar anaknya, tapi ibu tersebut memilih sendirian. “Tidak bu saya sendiri, mumpung saya masih hidup, saya masih sehat, walau jalan saya perlahan tapi saya kuat, salah satu cita-cita terbesar saya dari kecil untuk menginjakkan kaki saya melihat Manislor, tolong bantu saya untuk  cita-cita saya dari kecil ini” ujar ibu tersebut semangat. Semangat dan harapan dari sesepuh tersebut membuat hati saya tergerak untuk ikut bersama dengan beliau.

Keceriaan dan kedamaian dari sesepuh, Lajnah lainnya dan anak-anak ahmadi menyelimuti kebahagiaan kami di dalam kapal yang akan menuju tempat penuh karunia. Hingga kapal berlabuh di Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya.

Perjalan masih berlanjut. Kami singgah bermalam di cabang Gedangan. Sambutan hangat dari Bapak Ibu Mubaligh, Para pengurus dan Para Anggota terpancar dan membuat rasa lelah kami terbayarkan dengan senyum hangat itu. Hidangan dan tempat tidur yang disediakan oleh Pengurus Setempat sangatlah luar biasa.

5 Desember 2024, pukul 7 kami menuju Stasiun Kereta Api. Saya pribadi jujur sangat kaget melihat stasiun Pasar Turi Surabaya ternyata dipenuhi dengan saudara-saudara rohani dari berbagai daerah. Setiap gerbong terisi penuh dengan para ahmadi yang menempuh perjalanan 8 jam ke stasiun Cirebon.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

LI Indonesia Update