Official Website Organisasi Perempuan Muslim Ahmadiyah

Haru dan Pilu, Perjalanan Lajnah Sulawesi Tenggara menuju Jalsah Salanah.

Suasana Menjadi Genting.

Rasa lelah sejenak hilang, saat tiba di stasiun Cirebon. Langit sudah gelap, namun kabar yang kami terima membuat hati kami gundah. Satu jam kami menunggu jemputan dari Panita. Resah kami rasa, namun semua anggota saling menguatkan dengan banyak-banyak berdoa dan bershalawat.

Tinggal beberapa Kilometer untuk sampai di lokasi Jalsah. Namun resah, seperti ada yang memperhatikan kami. Berulangkali orang asing itu tak memalingkan mata dari rombongan kami. Tidak berlangsung lama, suami saya datang dengan berkata “kita banyak berdoa ya, mungkin memang sedang diawasi, tapi kita harus menguatkan para anggota”.

Tibalah panitia yang menjemput kami. Sepanjang perjalanan saya mengingatkan untuk banyak-banyak berdoa kepada ibu-ibu semua. Hati saya khawatir, meninggalkan suami yang masih di stasiun dan harus menunggu anggota yang perkiraan akan sampai di stasiun jam 10 malam.

Belum sampai 5 menit perjalanan, ada edaran maklumat, arahan Pak Amir Nasional untuk menunda perjalanan. Rasa sedih, khawatir dan penasaran saya pun bersatu. Ada apa di tempat Jalsah? Kenapa kami disuruh menunda perjalanan? Sepanjang jalan saya termenung sambil banyak berzikir, kami harus kemana malam itu? Namun kami masih tetap berpikir positif, Jalsah ini akan tetap terlaksana.

Ditempat cukup gelap, panitia mengarahkan rombongan ibu-ibu untuk turun. Kami bertanya apakah sudah di lokasi? Bapak tersebut menjawab “Belum sampai bu, kita masih di area Cirebon, manislor masih jauh bu, Ibu dan yang lain tunggu di sini dulu” katanya sambil menurunkan barang perlahan. Ia menjelaskan untuk menunggu, karena kabarnya belum dapat masuk ke Manislor.

Kami berusaha tetap tegar, saya mencoba menenangkan rombongan sambil mengajak terus berdoa. Ibu-ibu mulai gelisah, sekeliling kita sangat minim sekali pencahayaan, rasa lelah, badan yang sudah sakit tidak karuan, rasa lapar dan dahaga. Juga para sepuh dan anak- anak yang mulai berdatangan. Kami terlelap dengan beralasan sajadah, bahkan kain tipis. Rasanya sangat menyayat hati, “kami tidak apa-apa malam ini disini, namun besok pasti Jalsah akan tetap dimulai” pikir kami.

Tidak lama, banyak anggota perempuan yang berdatangan ke dalam gedung. Disusul dengan kaum bapak, saya kebingungan sembari mencari anggota, dan suami saya. Banyak yang menanyakan kondisi, setelah saya coba membuka maps ternyata posisi saya ada di Hotel The Radiant.

Tak terasa air mata terus menetes saat itu.
Tiba pukul 10 malam, datang lah terpal yang dibawa oleh panitia, rasa syukur dari seluruh anggota yang ada di sana membuat suasana menjadi haru “Alhamdulillah ada alas untuk tidur, hayu bangun kita pindah di terpal” Sorak dari seluruh peserta yang bahagia datangnya alas untuk beristirahat.

Tidak berlangsung lama, makanan dan minuman yang disediakan panitia juga datang. Terlihat para lajnah meneteskan air mata sambil berkata “Alhamdulillah makanan datang, makanan datang, dari tadi saya belum makan, saya coba tidur saja dan berharap besok pagi bisa makan di gah Jalsah”. Air mata saya kembali turun dan merenung, Ya Allah ada apa dengan semua ini? Apa ada suatu hikmah yang Engkau mau sampaikan ke kami semua?

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

LI Indonesia Update