Dalam rangka mencegah terjadinya perundungan bernuansa keagamaan di ruang publik dan lingkungan pendidikan, Jaringan Kerja Antar Umat Beragama (JAKATARUB) menyelenggarakan kegiatan inisiatif bertajuk Paint & Pastry: Connecting Generations, yang mempertemukan anak, remaja, dan orang muda dalam ruang aman pada Sabtu 30 November 2024 di Perpustakaan Ajip Rosidi, Bandung.
Sejumlah 2 athfal dan 1 pendamping Lajnah, 2 nasirat usia SMP, dan 1 perwakilan orang muda Ahmadiyah (AMSAW) turut diundang bersama berbagai perwakilan agama seperti Aliran Kebatinan, Kepercayaan Budi Daya, Hindu, Buddha, Kristen, dan rekan lainnya.
Tujuan acara ini menyebarkan kampanye kreatif tentang pencegahan dan pengetahuan terhadap penanganan yang tepat untuk mencari akses bantuan terkait perundungan dalam konteks interseksionalitas isu kebebasan beragama berkeyakinan dan kesehatan mental. Setiap perwakilan berkesempatan untuk memperkenalkan identitasnya, menjawab prasangka umum terkait agama dan alirannya, berbagi cerita terkait perundungan, serta saling memberi dukungan moral dengan penuh empati.
Dengan cara yang menarik, kampanye keragaman ini berhasil menyatukan peserta lintas generasi lewat aktivitas dekorasi kue kek dengan tema yang disepakati masing-masing kelompok. Lajnah dan athfal berkelompok dengan pemuda dari Budi Daya, sementara 2 orang nashirat beraada di kelompok lain bergabung dengan sahabat Buddha dan Kristen. Bahkan kedua athfal mendapatkan teman sebaya dan asik bercengkrama sebagaimana anak-anak yang murni tanpa membedakan latar belakang agama.
Kelompok Lajnah menghiasi kue tak lupa dengan memasukkan unsur keahmadiyahan yaitu jargon “Love for All Hatred for None,” dimana saat presentasi filosofi kue tersebut mendapatkan apresiasi hangat.
“Wow, Cinta untuk semua Kebencian tidak untuk siapapun. Quote-nya sangat impactful dan sesuai dengan tema kelompok cinta ya. Kita harus menebarkan kasih sayang kepada siapapun terlepas apa identitas agamanya, luar biasa.” Ujar MC, Azis.
Acara kriya yang kedua yaitu membuat lukisan akrilik di atas kanvas dengan gambar sekumpulan orang bergandengan tangan dan bumi sebagai pusatnya. Semua saling sumbang ide dan warna. Di tengah keseruan melukis, ada beberapa sahabat muslim dan aliran kepercayaan merasa penasaran dan banyak bertanya tentang Ahmadiyah. Diantaranya menanyakan konsep khataman nabiyyin, sistem khilafah di Ahmadiyah, bolehkah muslim lain salat di Masjid Ahmadiyah, dan ternyata sebelumnya ada yang pernah berkunjung ke Masjid JAI Bandung Kulon, An-Nashir.
“Boleh gak sih kita datang ke Masjid Ahmadiyah?” tanya seorang pemuda muslim.
“Boleh banget, kita malah senang kalau ada yang mau datang dan tanya-tanya, ayo mangga kapan-kapan main ke tempat kita ya,” ajak Alfi perwakilan Lajnah.
Momen ini pun dimanfaatkan sebagai praktik nyata bagi athfal dan nashirat memaknai mata pelajaran toleransi di Madrasah yang telah diajarkan. Aktivitas seni menjadi penyambung rasa yang begitu berkesan bagi para generasi muda untuk berkomitmen melawan perundungan dan menerima perbedaan sebagai rahmat yang perlu dikasihi dan patut disyukuri.