Desember 2024. Cerita dari Cabang Temanggung. Antusias anggota, MB hingga Simpatisan untuk berangkat terlihat, meski jarak rumah terhalang gunung-gunung.
Awalanya sempat ragu mengikuti Jalsah, memikirkan akomodasi yang tidak memadai, ongkos yang terbatas. Terlebih selain keluarga, kami berniat membawa MB dan Simpatisan. Namun dengan niat dan do’a, KaruniaNya amat nyata, Allah meridhoi kami berangkat dengan sewa mobil.
Mulailah kami menghubungi MB untuk mengajak keluarganya. Selama 10 hari kami naik turun gunung menghampiri MB dan Simpatisan. Kondisi jalan yang tak mudah, terjal, curam, terkadang harus ditempuh jalan kaki karena kendaraan tak bisa masuk. Mayoritas MB dan Simpatisan adalah lansia yang harus didampingi.
Saat hari pemberangkatan, kami menjemput para anggota dan simpatisan. Meski hujan tanpa henti, kami menuju kediaman mereka dari gunung ke gunung menggunakan motor ke titik kumpul. Kami melaksanakan sholat Maghrib jama’ isya, kemudian pukul 20.00 WIB kami berangkat ke lokasi Jalsah.
Selama perjalanan, telepon genggam kami dalam mode diam. Kami tak tahu informasi apapun hanya menikmati perjalanan sembari mengobrol dengan anggota yang rata-rata tak bisa bahasa Indonesia.
Sampai Cirebon, saya baru membuka pesan masuk dari anak saya. Bahwa Jalsah dibatalkan dan peserta diminta putar balik. Kami berusaha untuk tenang dan dan berdoa karena tak mungkin menceritakan semuanya ke simpatisan jika acara tersebut batal. Putar balik pun rasanya tak memungkinkan, akhirnya kami dipersilahkan istirahat di Mesjid Mubarak Cirebon.
Esoknya, kami memutuskan berwisata ke Makam sunan Gunung Jati. Setelah itu kami berencana kembali ke Mesjid Mubarak Cirebon untuk Shalat Jum’at. Namun, mengingat situasi Manislor belum kondusif, Cirebon pun terkena dampak, maka tak disarankan untuk kembali. Kami merasakan kesedihan itu lagi.
Setelah berkoordinasi dengan panitia, akhirnya kami diarahkan lanjut ke Markaz, Kemang-Bogor. Perjalanan yang tidak mudah, dengan para sepuh. Namun mereka tampak bahagia dengan bercanda. Senang rasanya, ditengah kesedihan, tak satupun tampak kecewa di wajah mereka.
Enam Jam perjalanan hingga ke Markaz. Kami mengkondisikan diri menuju lantai dua. Setiap tempat hingga lorong tampak penuh peserta dari daerah Sumatera dan Kalimantan. Para simpatisan dan MB berbaur dengan mudah dengan anggota cabang lain. Kami sholat bersama, makan bersama, bersilaturahmi antar daerah, seperti Jalsah rasanya.
Selesai sarapan, Alhamdulillah para simpatisan minta untuk segera Bai’at. Karena pengalaman disana berkesan bagi mereka, mereka menemukan pemimpin Ruhani (Khalifah) melalui Jemaat Illahi ini. Penuh karunia, Bai’at langsung dilakukan ditangan Bapak Amir Nasional.
Rasa syukur atas karuniaNya dibalik kesedihan Jalsah Nasional, berbuah indah.
Setelah pamit meninggalkan Markaz, kami membawa anggota berwisata ke Kebun Raya Bogor meski hujan deras. Kemudian kami melanjutkan pulang ke Temanggung 12 jam perjalanan. Kami kelelahan, dan Alhamdulillah dapat istirahat kembali di rumah.