Official Website Organisasi Perempuan Muslim Ahmadiyah

Mariage is Scary? Kembalikan ke Allah Taala Sebaik-Baik Pembuat Rencana

Beberapa waktu lalu netizen diramaikan dengan istilah marriage is scary. Yaitu sebuah istilah yang secara harfiah diartikan pernikahan itu menakutkan. Memang akhir-akhir ini publik disuguhkan dengan berbagai situasi terkait kekerasan dalam rumah tangga, perselingkuhan, hingga perceraian. Beberapa sosok public figure yang mengangkat kasus rumah tangga nya ke khalayak umum, seolah menjadi fakta yang tak terbantahkan bahwa biduk rumah tangga tak seindah drama korea. Ya, nyatanya pernikahan ideal yang semula dapat dikonsumsi public melalui laman instagramnya, yang sarat akan keindahan, penuh romantisme, hingga menjadi sosok couple goals, memudar seketika dikarenakan permasalahan rumah tangga mereka.

Belum lagi hiburan dari dunia perfilman yang disuguhkan akhir-akhir ini. Drama perselingkuhan seolah menjadi film yang banyak diminati oleh masyarakat. Pasalnya, drama yang relate dengan situasi saat ini, dan katanya diangkat dari kisah nyata perlahan memvalidasi bahwa pernikahan memang menakutkan. Faktanya, berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik 2024, angka pernikahan di Indonesia pun semakin menurun. Semenakutkan itukah sebuah pernikahan hingga tren saat ini tak sedikit orang lebih memilih sendiri? Mari menelisik lebih dalam terkait pernikahan.

Hz. Basyirudin Mahmud Ahmad ra dalam tafsir saghir JAI surah Al Araf ayat 190 menerangkan:
“Salah satu dari tujuan utama pernikahan ialah pria dan wanita harus menjadi sumber ketenangan dan ketentraman bagi satu sama lain. Manusia pada fitrahnya makhluk sosial dan mencari seorang kawan yang akrab merupakan hasrat yang menjadi bagian dari fitratnya dan hasrat itu dipenuhi oleh pernikahan”

Sejatinya, salah satu tujuan utama dari pernikahan adalah terciptanya ketenangan dan ketentraman. Hanya saja, yang menjadi masalah adalah bagaimana pria atau wanita mempersiapkan pernikahannya untuk mencapai tujuan tersebut. Terkadang, alih-alih dipersiapkan dengan matang, cinta pada pandangan pertama seolah menjadi hal yang utama. Dari mata turun ke hati pun menggugurkan aspek-aspek yang lain yang seharusnya dipertimbangkan menuju pernikahan. Hingga pada akhirnya, ketika 2 kepala atas nama cinta pada pandangan pertama disatukan dalam sebuah pernikahan, lalu kemudian mau tidak mau harus berhadapan dengan berbagai ujian rumah tangga, tak ayal pada akhirnya menjadi sebuah kebuntuan.

Berbeda dengan pernikahan yang begitu direncanakan, kembali kepada sudut pandang Agama, hingga berlandaskan semata untuk beribadah kepada-Nya. Akan menjadi sebuah kepastian, pernikahan tak akan menjadi sebuah ketakutan. Pasalnya ketika berbagai ujian menerpa sebuah pernikahan, pria dan wanita yang sama-sama memilih menikah untuk semata ibadah karena-Nya, dan terus berupaya menjadi sumber ketenangan satu sama lain, tak akan mungkin selemah dan serapuh dengan pernikahan atas dasar cinta dan fantasi belaka. Mereka akan cukup mampu untuk bersama-sama menghadapi ujiannya. Karena mereka begitu meyakini pernikahan mereka semata karena-Nya, juga atas izin-Nya. Hingga ketika ujian pun yang sudah menjadi sebuah keniscayaan datang atas izin-Nya. Tuhan pun tak akan mungkin tak menaruh belas kasih-Nya untuk tak mempedulikan mereka. Tuhan pasti akan ada untuk membersamai, menguatkan, hingga memberi jalan terbaik-Nya.
Ya, keyakinan akan keberadaan Tuhan, seolah menjadi kekuatan tersendiri. Dia yang menjadi sumber dari segala sumber, sejatinya akan menjaga sebuah pernikahan atas karena-Nya, dapat melahirkan kebahagiaan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

LI Indonesia Update