Official Website Organisasi Perempuan Muslim Ahmadiyah

Belajar Personal Branding Lewat Storytelling Bersama Jurnalis Tempo

Bogor- Sabtu, 17 Mei 2025, menjadi hari yang penuh inspirasi bagi ALINEA- Komunitas menulis Internal Lajnah Imaillah. Bertempat di Gedung Baitul Afiat, kami berkesempatan mengikuti kelas menulis bersama Bapak Harry Surjadi, seorang jurnalis senior dari Tempo yang telah malang-melintang di dunia jurnalistik.

Kelas ini mengangkat tema penting yang relevan bagi setiap individu: Storytelling untuk Personal Branding. Sebuah topik yang awalnya terdengar kompleks, namun pelan-pelan menjadi terang berkat pemaparan yang sederhana namun mendalam dari Pak Harry.

Ia menjelaskan bahwa branding bukan sekadar logo, slogan, atau popularitas. Branding adalah respon emosional terhadap citra seseorang—bagaimana orang lain merasakan dan memaknai kehadiran kita. Ini bukan soal pencitraan, tapi tentang bagaimana kita membentuk persepsi orang melalui perilaku sehari-hari.

Pak Yendra Budiana, Media Center Nasional JAI mengungkapkan, ada sekitar 5 juta orang yang mengenal Ahmadiyah, namun sayangnya banyak dari mereka memiliki opini yang salah dan melekat kuat. Mengubah opini itu bukan perkara mudah. Tapi kita bisa memulai dari diri sendiri, dari perilaku yang mencerminkan akhlak yang luhur. Tanpa harus berkata, “Saya ini Ahmadiyah loh,” kita bisa menunjukkan siapa kita melalui tindakan.

Jika kita berbuat baik, memberi dampak positif, dan terus konsisten dengan nilai-nilai Islam sejati, lambat laun orang akan bertanya-tanya, “Siapa sih dia ini?”. Dan ketika mereka tahu bahwa kita Ahmadiyah, bisa jadi mereka akan berpikir ulang: “Berarti selama ini saya salah menilai.”

Kelas ini membuka kesadaran bahwa setiap orang adalah influencer. Anak kecil bisa memengaruhi ibunya, ibu rumah tangga bisa memengaruhi suaminya, guru menginspirasi muridnya—semuanya punya daya pengaruh. Maka sebagai Ahmadi, kita pun memiliki potensi besar untuk memengaruhi persepsi orang lewat personal branding yang kuat dan otentik.

Apa yang ingin orang pikirkan saat mendengar nama kita? Itulah inti dari personal branding. Kita ingin dikenal seperti apa? Apa nilai yang melekat pada diri kita? Pertanyaan-pertanyaan ini menjadi dasar dalam membangun citra diri yang realistis dan asli.

Kelas membuahkan tugas menantang, yakni menuliskan lima frasa yang menggambarkan diri kita secara jujur, sebagai langkah awal membangun personal branding.

Menulis menjadi sarana utama dalam menyampaikan pesan dan cerita. Karena lewat tulisan, kita bisa membangun imajinasi, menggerakkan hati, bahkan memengaruhi cara pandang seseorang terhadap Islam dan Ahmadiyah. Dalam dunia digital saat ini, video, audio, dan konten sosial media memang penting—tapi semuanya bermula dari naskah, dari cerita, dari storytelling.

Mari terus menulis dan bercerita, tidak peduli seberapa banyak pembaca. Semoga ilmu yang kami dapatkan kemarin bisa menjadi manfaat, Aamiin.

Kontributor: Supriatin, LI Tambun

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

LI Indonesia Update