Sayup-sayup terdengar pintu kamarku dibuka perlahan, waktu menunjukan tepat pukul 02.00 dini hari, di bulan Ramadhan.
Kantukku seketika menghilang, mengetahui suamiku kini sudah berbaring di sebelahku.
Apa iya?
Sepertinya pertengkaran kecil tadi membuat kalut pikirannya.
…
“Aku baru saja berbaiat” gumamnya.
“Haa..baiat bagaimana maksud Abi?” Begitu panggilan akrabku kepadanya.
Aku terkejut.
“Ternyata khalifah Islam yang selama ini kita rindukan itu sudah ada lho, Um” jawabnya.
Masih dengan keterkejutan itu, ku coba melawan rasa kantukku.
“Maksudnya? Sepertinya, kita harus hati-hati dalam menyikapi berita besar seperti ini Abi. Lebih baik kita ber-tabayyun, kita cari tau dulu kejelasannya dan bagaimana kebenarannya.”
Aku coba memberikan sedikit pandanganku, “Akhir zaman ini, bukankah berita tentang Imam Mahdi itu menjadi ‘Berita Besar’ dan fitnah akhir zaman? Padahal, kedatangannya sangat ditunggu oleh umat manusia dan kita wajib mengikuti dan berbaiat kepadanya. Walaupun sampai saat ini sudah banyak yang mengaku sebagai Imam Mahdi, tapi apa yang terjadi? Beritanya hilang bagai ditiup angin karena tidak terjaga keberkahannya.”
“Dan Abi bilang sudah berbaiat kepadanya? Jangan aneh-aneh deh Abi, nanti keimanan kita bisa luntur. Apalagi, masih banyak tradisi leluhur yang kental di masyarakat, perlu dikaji kebenarannya lebih lanjut.” Ujarku padanya.
“Benar, Um” Ia coba meyakinkanku, “Demi Allah dan Rasul-Nya, kekhilafahan ini benar adanya dan nyata sebagaimana janji Allah Ta’ala.”
“Dan Abi sudah yakin bahwa sejarah dan bukti kekhalifahannya tetap terjaga.” Ungkapnya tegas, “Sungguh, Um… mau percaya ataupun tidak. Semua itu tidak akan menyurutkan keimanan Abi. Berita besar ini disebut An-Naba di dalam Al-Quran dan sudah ada hampir seabad lamanya di muka bumi ini. Ini bukti kuasa Allah Ta’ala tentang kebenaran akan datangnya seseorang yang dijanjikan dalam Al-Quran, mukjizat bagi para Rasul-Nya dan orang-orang beriman. Seperti itulah janji Allah yang Maha Benar. Dia bergelar Al-Mahdi di akhir zaman ini dan telah dinubuwatkan dalam sirah nabawiyah.”
Ia lalu menatap dalam mataku, “Um, mari kita berhijrah saat ini juga karena kita tidak pernah tau kapan ajal datang menjemput kita.”
“Oh, ya? Masyaa Allah, tabarakallah. Bismillah, bagaimana jika Abi terlebih dahulu? Biarkan hidayah itu masuk ke hati ini dulu Abi, please.” Pintaku dengan tulus.
Namun hampir setahun, hidayah itu belum juga membuka pintu hatiku untuk berbaiat.
…
Namun, satu kajian mampu membuat jiwa dan ragaku tersentuh, tersungkur dan bersimpuh hijrah di depan An-Naba.
Ayat-ayat cintanya menembus relung hatiku yang paling dalam dan menghujam sisi jiwaku. Cahayanya menembus ke dalam nuraniku penuh makna.
Kebobrokan telah nyata terjadi di negeri ini. Bagaimana kemunafikan, ketidakadilan, penipuan, perselisihan, korupsi, pembunuhan karakter, kesombongan, persekusi, tindakan amoral dan asusila, semua dilakukan dengan tanpa malu dan iman, bahkan menjadi tontonan yang wajar.
Lalu, kemanakah perginya tuntunan hidup? Tidakkah puncak kesadaran manusia harusnya merasakan bahwa Al-Quranlah yang bisa memberikan makna kebaikan sejati dan menjadi solusi bagi segala masalah kehidupan.
Hijrah untuk menjadi lebih baik itu tidaklah mudah karena penuh dengan cobaan, ujian dan tantangan.
Namun, bagaimana hijrah dengan hati bermakna menerima dengan yakin akan kebenaran-Nya. Bagaimana hijrah dengan cinta agar menjadi hamba Allah yang tidak hanya mengisi tangki cinta spiritualnya saja namun juga melihat sesamanya dengan penuh kasih sayang, damai tanpa rasa benci.
Istiqomah dalam toleransi, kokoh dalam cinta perdamaian, menggemakan ‘love for all hartred for none’, simbol ruh pertablighan demi mewujudkan rahmatan lil a’alamiin di muka bumi.
Dan…
Sampai saat ini, proses hijrah manusia untuk menjadi lebih baik masih dan terus mengalami sunnahtullah sepanjang hayat.
Hidayah akan membersihkan roh kebangkitan kita agar kembali ke fitrah dalam menghadap Sang Maha Pencipta dengan penuh rasa cinta.
Semoga karunia Allah Ta’ala selalu tercurah atas kami sekeluarga, juga Anda maupun kita semuanya. Aamiin.
Allah Akbar. Jazakumullah Ahsanal Jaza
Insan yang lemah
NA_JAMBI