Official Website Organisasi Perempuan Muslim Ahmadiyah

Pola Pengasuhan Islami: Tumbuhkan Generasi Cemerlang dengan Nilai-nilai Qurani

Pola pengasuhan menjadi langkah fundamental namun berat dalam membangun peradaban. Tanggungjawab yang berat karena bukan hanya sekedar melahirkan generasi mendatang, tetapi juga mendidik dan membersamai mereka agar tumbuh menjadi pribadi mandiri baik secara intelektual, spiritual, dan emosional.

Konsep dasar mengasuh dan mendidik anak di dalam Islam adalah bahwa mereka amanah dari Allah Taala dan karunia-Nya sehingga dalam menjalankan kewajiban sebagai orang tua perlu merujuk pada Al-Quran sebagai petunjuk yang tidak ada keraguan di dalamnya. Maka setiap perjalanannya, nilai-nilai Qurani harus senantiasa menjadi patokan, juga peringatan untuk menjauhi hal-hal yang bertentangan dengannya. Salah satu tuntunan yang harus diperhatikan adalah menanamkan adab yang baik ke dalam diri anak-anak.

“Tiada pemberian orang tua terhadap anaknya yang lebih baik dari adab yang baik.” (HR. At-Tirmidzi)

Terkait dengan hal tersebut, ada 8 akhlak utama yang bisa menjadi standar pendidikan karakter di rumah sebagaimana yang disampaikan oleh Hazrat Luqman (as) kepada anaknya yaitu, bersyukur, menjauhi syirik, berbakti kepada orang tua, tulus beramal, taat beribadah, berkata baik, bersabar, dan rendah hati.

Mengenai perbuatan syirik, ada korelasi antara syirik dengan pola asuh anak. Pola yang sangat keras dan terlalu otoriter, memberi kritik dalam segala hal dengan cerca dan cela kepada anak-anak atas dalih memberi petunjuk dan hidayah ke jalan yang diinginkan orang tua, ternyata adalah suatu bentuk syirik tersembunyi karena mendahului Allah Ta’ala  sebagai Pemberi Tarbiyat Yang Hakiki. Hazrat Masih Mau’ud (as) bersabda: setiap sahabat saya hendaklah menghindarinya.

Tugas berat ini harus senantiasa diiringi dengan doa memohon perlindungan. Karena orangtua tidak hanya perlu menyelamatkan diri dan keluarga dari segala godaan setan, tapi juga berupaya dalam melakukan perlawanan terhadapnya. Caranya yaitu senantiasa beristighfar karena Allah Ta’ala  Maha Penolong dan Maha Pelindung dari segala godaan setan yang terkutuk.

Pada zaman ini, godaan setan berbentuk televisi, internet dan HP yang menyebarkan pengaruh buruk. Tingginya frekuensi paparan konten yang pendek, tidak terfilter dengan baik, dan overstimulasi, membuat otak anak kewalahan. Ditambah, kemampuan mengelola emosinya belum terasah dengan baik akibatnya anak menjadi tak terkendali. Dampaknya anak kehilangan akal sehat, dan fatalnya bisa terlibat dalam keburukan. Naudzubillahi min dzalik.

Rasulullah (saw), sebagai contoh paripurna, meneladani kita dengan sunnahnya dalam mendidik anak. Yang utama adalah keteladanan, didikan yang bertahap sesuai usia anak, penyesuaian bahasa, cara dan nalar berdasarkan kemampuan anak, komunikasi dua arah yang ramah, repetisi, metode yang menyenangkan dan kreatif, membuka wawasan dengan perumpaan dan kisah-kisah teladan, arahan yang aplikatif, dan senantiasa merefleksi diri untuk menjadi lebih baik.

Hazrat Masih Mau’ud (as) memberi penguatan bahwa kesemua itu dapat terlaksana dengan baik apabila orang tua terlebih dulu menguatkan hubungan dengan Allah Ta’ala  dan berupaya mencapai standar perbaikan akhlak yang terbaik. Dengan ikhtiar dan doa, maka buahnya akan dapat dipetik oleh generasi mendatang.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

LI Indonesia Update