Official Website Organisasi Perempuan Muslim Ahmadiyah

Sikapi Kondisi Negeri, Lajnah Bandung Wetan Diskusikan Soal Penyuapan
Bandung

Bandung, 18 Mei 2025 – Iklim diskusi hangat sudah terlihat sejak kata “Penyuapan” ditampilkan oleh pemateri. Bukan hanya bicara definisi, pembahasan ini juga menyinggung dalil secara syariat Islam sekaligus landasan dalam hukum negara. Menarik, sekaligus mengundang tanya: untuk apa materi seperti ini disampaikan?

Pada sepanjang pemaparan, tak sedikit yang memberikan tanggapan. Mulai dari seorang kontraktor yang “berebut tender” sampai keresahan orang tua yang sedang berjuang mencari sekolah terbaik untuk putra-putrinya. Semuanya, nyaris lekat dengan sejumlah uang atau barang yang bias untuk disebut sebagai suap atau hadiah.

Tak berhenti di sana, di dalam materi ini juga diberikan contoh-contoh yang sering kita temui dalam keseharian. Misalnya, untuk mempercepat proses membuat SIM, paspor, atau kepada siapapun dengan harapan mencapai tujuan yang diinginkan.

Meskipun disampaikan dengan santai, materi ini sangat berbobot – setidaknya menurut penulis. Kembali pada tujuan penyampaian materi, kita bisa mencermati berita-berita di media yang banjir perihal korupsi dan suap oleh para pejabat negara.

Bukan hanya harus membaca, tapi seharusnya kita juga jengkel atau setidaknya gemas ketika melihat situasi seperti tersebut. Bayangkan, di tengah orang yang berjuang mati-matian dengan sedikit sarana, ada sekelompok orang yang dengan mudah melenggang mencapai tujuan dengan menghalalkan segala cara.
Begitulah suap, yang kemudian dikorelasikan dengan pengabaian terhadap kejujuran dan nilai-nilai keadilan. Pertanyaanya: bukankah ini kondisi yang umum terjadi?

Belajar dari Ikan di Laut
Diskusi menarik ini membawa penulis pada pemikiran lain, yaitu sebuah pelajaran dari ikan-ikan di laut. Kita tidak akan bicara mekanisme tubuh ikan, tetapi hanya sebuah kiasan bahwa air laut yang asin tidak serta-merta membuat daging ikan-ikan di laut juga menjadi asin.

Itulah sekelumit pemikiran yang muncul menanggapi materi tentang “penyuapan” yang, (kenapa) harus disampaikan di masjid, di hadapan para perempuan.

Tentu saja, karena perempuan-perempuan yang sedang berkumpul di masjid ini bukan perempuan biasa. Mereka adalah perempuan Ahmadiyah, dengan keyakinan Islam sejati yang seharusnya memiliki warna. Tegaslah untuk hitam atau putih!

Salah satu “warna” yang saya maksud di sini tidak lain adalah integritas. Kita bisa belajar dari mencermati ikan di laut tadi, salah satunya adalah dengan memiliki ciri khas. Integritas, kekuatan akhlak dan keberanian untuk jujur dan adil sepedih apapun kondisi yang sedang dihadapi.

Di tengah perjuangan untuk meraih tujuan, apakah uang harus menjadi cara untuk memuluskan jalan? Di antara kondisi negeri yang marak dengan suap, apakah kita akan ikut membaur ikut arus mengorbankan integritas dan kejujuran demi tujuan jangka pendek?

Seperti ikan yang tetap tawar meski hidup di lautan asin, perempuan-perempuan berintegritas harus tetap teguh pada nilai-nilai moral meski hidup di tengah masyarakat yang penuh godaan dan kompromi.

Penyuapan, dalam bentuk sekecil apapun, adalah bentuk pengkhianatan terhadap keadilan. Ia bukan sekadar pertukaran materi, tapi perusakan prinsip. Ketika kita menerima atau memberi suap, kita sedang menanam benih ketidakadilan yang akan tumbuh menjadi sistem yang korup dan menindas banyak orang.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

LI Indonesia Update