Islamabad, Tilford, (30 Agustus 2025), Hazrat Mirza Masroor Ahmad, Khalifatul Masih V (aba), tiba di Islamabad, lokasi dimana Beliau (aba) menyampaikan pidato secara virtual disiarkan melalui MTA Internasional untuk sesi Lajnah di Jalsah Salanah Jerman.
Huzur (aba) setelah membaca tashahhud, ta‘awwuz and Surah al-Fatihah, Beliau (aba) menyampaikan pidatonya dan ringkasannya kami sajikan sebagai berikut:
Huzur (aba) menyampaikan bahwa baik kaum perempuan maupun laki-laki memiliki tanggungjawabnya masing-masing sebagaimana yang telah ditetapkan oleh Allah Ta’ala. Kemajuan dan keberhasilan suatu bangsa terletak pada kaum perempuan. Jika perempuan menjalankan tanggungjawabnya dengan semestinya, dengan pendidikan dan pengetahuan yang mumpuni, maka kemajuan itu akan didapatkan. Hal ini juga berlaku dalam perihal agama.
Saat ini, tanggungjawab tersebut tidak dilaksanakan sepenuhnya. Para wanita tidak seharusnya terjerumus ke dalam perasaan rendah diri yang diakibatkan dari pemikiran bahwa Islam memberikan mereka status yang lebih rendah ketimbang laki-laki. Padahal kaum wanita memilki keistimewannya tersendiri. Hal ini dikarenakan merekalah sebab umat manusia terus ada di muka bumi ini.
Huzur (aba) menegaskan bahwa kaum laki-laki diperingatkan oleh Allah Ta’ala agar mereka tidak boleh memainkan perasaan wanita ataupun menyakiti mereka. Jika mereka melihat sesuatu yang tidak disukai dari istri mereka, mereka harus menjalankan cara yang bijaksana dalam mengatasinya, atau mendengarkan firman Allah Ta’ala bahwa,
وَعَسٰۤی اَنۡ تَکۡرَہُوۡا شَیۡئًا وَّہُوَ خَیۡرٌ لَّکُمۡ
Artinya: “[…] dan boleh jadi kamu tidak menyukai sesuatu, padahal ia baik bagimu […]” (QS. Al-Baqarah: 217)
Dengan menyadari bahwa keberlangsungan keturunan tergantung pada wanita, maka laki-laki harus menghindari penyebab suasana yang tidak nyaman di dalam rumah. Terkadang, pasangan suami istri berpisah karena adanya ketidakcocokan yang mana itu akan membawa dampak tidak baik kepada anak-anak mereka. Inilah penyebab yang dapat merusak lingkungan dan laki-laki harus berupaya untuk menjaga suasana damai di dalam keluarganya. Ini juga berlaku kepada kaum wanita bahwa mereka tidak boleh memancing masalah tanpa alasan yang jelas.
Huzur (aba) lebih lanjut menyampaikan bahwa laki-laki dan perempuan digambarkan di dalam Al-Quran sebagai pakaian satu sama lain, sehingga mereka harus senantiasa saling menutupi kesalahan, kelemahan dan masalah pribadi layaknya pakaian yang menutupi tubuh. Kebanyakan ketidakcocokan di rumah menjadi alasan untuk membeberkan masalah pribadi pasangannya, dan kebanyakan terkait dengan masalah duniawi, bukan masalah rohani.
Banyak rumah tangga yang kandas diakibatkan karena kurangnya kesabaran. Urusan dunia lebih diperhatikan ketimbang urusan agama, itulah yang menimbulkan kemunduran dalam suatu hubungan.
Suami memiliki hak atas istrinya, begitu pula sebaliknya. Jika hak-hak ini terpenuhi, maka suasana indah dan damai akan tercipta di dalam rumah.
Allah Ta’ala telah memberikan petunjuk rinci, termasuk hak dan kewajiban suami istri di dalam Khutbah Nikah. Yang mana di antaranya yaitu merawat hubungan dan berupaya keras untuk menegakkan kejujuran satu sama lain. Sikap ini harus senantiasa diterapkan agar generasi mendatang dapat terhindar dari kebiasaan tidak jujur.