Tangerang Selatan, 8 September 2025 – Suasana hangat dan penuh persaudaraan menyelimuti Gedung Serbaguna Setra Bintaro saat Jemaat Muslim Ahmadiyah DKI dan Tangerang Raya memenuhi undangan Adventist Moslem Relations (AMR) Jakarta–Banten Conference, Senin pagi. Pertemuan yang berlangsung selama dua jam ini menjadi wadah silaturahmi sekaligus memperkokoh semangat kebangsaan di tengah keberagaman.
Acara dimulai pukul 11.00 WIB dengan pembukaan oleh MC, Pdt. Fery Mangin, yang kemudian memimpin doa sesuai keyakinan masing-masing peserta. Hadir dalam forum tersebut Mubda Banten 2, empat mubaligh Banten 2, satu mubaligh DKI Jakarta, tujuh orang Anshor, tiga Khudam, dan lima anggota Lajnah Imaillah.
Sambutan pertama disampaikan Pdt. Saragih, pimpinan Advent wilayah Jakarta–Banten. Ia menegaskan bahwa pertemuan ini adalah wujud nyata dari semangat ta’aruf (saling mengenal), ta’awun (saling tolong-menolong), dan ukhuwah wathaniyyah dalam bingkai kebersamaan sebagai anak bangsa Indonesia.
Mubaligh Daerah Banten 2, Mln. Aang Kunaefi, dalam sambutannya menyampaikan bahwa hubungan baik antara Jemaat Ahmadiyah dan komunitas Advent telah terjalin lama. “Persahabatan ini diharapkan terus berlanjut melalui kerja sama sosial dan kemanusiaan demi memperkuat persatuan bangsa,” ujarnya.
Ketua AMR, Pendeta Leroy Pakpahan, kemudian memaparkan pesan kasih dan persaudaraan yang dirujuk dari Kitab Matius dan Al-Qur’an surat An-Nisa. Setelah itu, kedua pihak diberi kesempatan menjelaskan profil masing-masing.
Perwakilan Advent menjabarkan ciri khas ajarannya, termasuk ibadah Sabat pada hari Sabtu, larangan konsumsi daging babi, darah, dan minuman berkafein, serta pentingnya menjaga kesehatan. Sementara itu, Mln. Aang Kunaefi memaparkan sejarah Jemaat Muslim Ahmadiyah di Indonesia, kiprahnya dalam bidang sosial, serta sistem keorganisasian yang berpusat di Inggris dan kini tersebar di lebih dari 220 negara.
Sesi tanya jawab membuka ruang dialog lebih mendalam. Salah satu pertanyaan Advent menyoroti ciri khas masjid Ahmadiyah. Asep Sobirin menjelaskan bahwa masjid Ahmadiyah selalu mencantumkan lafaz syahadat di atas pintu, tidak memiliki kotak amal, dan pengelolaan keuangannya didasarkan pada pengorbanan anggota yang tertata rapi.
Mln. Ataul Islam, mubaligh lokal Peninggilan, menjawab pertanyaan lain mengenai posisi Ahmadiyah dalam Islam. Ia mengutip sabda Rasulullah ﷺ:
“Barangsiapa yang shalat seperti kami shalat, menghadap kiblat kami, dan memakan sembelihan kami, maka ia adalah seorang Muslim.” (HR. Bukhari)
Ia menegaskan bahwa selama melaksanakan ajaran sebagaimana disabdakan Nabi Muhammad ﷺ, maka ia termasuk pengikut Islam.
Dialog berlangsung cair dan penuh keakraban hingga waktu menunjukkan tengah hari. Setelah ditutup dengan doa bersama, peserta dari kedua pihak saling berkenalan, bertukar nomor kontak, serta mengundang tamu Advent untuk mengunjungi masjid-masjid Ahmadiyah guna mengenal lebih jauh ajaran dan aktivitas jemaat.
Pertemuan ini diharapkan menjadi langkah konkret dalam merajut harmoni lintas iman dan memperkokoh komitmen kebangsaan di tengah keberagaman Indonesia.
Kontributor: Farhatussaniah, Annisa Tahirah, Ziyadah Husna