Bandung – Pelatihan jurnalistik inklusif Fatayat NU Jawa Barat berkolaborasi bersama INFID (International NGO Forum on Indonesian Development) dengan mengusung tema “Modul Jurnalistik Inklusif untuk Kesetaraan dan Kebangsaan”, sukses digelar
pada Rabu-Kamis, 20-21 Maret 2024 di Grand Pasundan Conventional Hotel, Bandung.
Kegiatan tersebut diharapkan dapat memperbanyak konten-konten kreatif sebagai kontra narasi negatif dan mendukung serta mempromosikan moderasi beragama dan kebebasan beragama, sebagai upaya menghadapi masalah ekstremisme kekerasan dalam media yang terus berkembang.
Sejumlah 25 orang se-Jawa Barat hadir dari kelompok aktivis media sosial, seperti Jurnalis, dan praktisi media sosial. Selain anggota Fatayat NU, komunitas yang turut hadir dalam kegiatan ini diantaranya dari Lajnah Imaillah, Ijabi (Ikatan Jamaah Ahlul Bait Indonesia), HWDI (Himpunan Wanita Disabilitas Indonesia), SEPMI (Serikat Pelajar Muslimin Indonesia), UIN Bandung, Puan Hayati (Perempuan Penghayat Kepercayaan), GKP (Gereja Kristen Pasundan), Swarasaudari, GKKD (Gereja Kristen Kemah Daud), dan WHDI (Wanita Hindu Dharma Indonesia).
Selama dua hari, peserta mendapatkan pembekalan materi yang dapat meningkatkan keterampilan dalam kepenulisan, pembuatan konten, pengembangan ide dan membangun sudut pandang, dengan disertai nilai moderasi beragama.
Pelatihan ini membuka kesempatan bagi peserta untuk membangun jaringan antar pelaku media, yaitu dari pimpinan redaksi dan praktisi media sosial.
Terdapat lima sesi materi dengan tema yang beragam dan pembahasan yang mendalam, yaitu :
1. Peran dan Etika Peliputan Jurnalis dalam Moderasi Beragama
2. Jurnalisme Lintas Agama
3. Jurnalisme Berperspektif Perempuan : Melawan Diskriminasi Gender dalam Jurnalisme
4. Menangani Konflik Berbasis Agama dalam Berita
5. Praktik Jurnalisme yang baik
Narasumber yang dihadirkan merupakan ekspert dari berbagai bidang, mulai praktisi Jurnalistik dari NU Online Jabar, perwati GKP Pasundan, dosen jurnalistik UIN Sunan Gunung Djati Bandung, Jurnalis Bandung Bergerak, hingga Jurnalis Pikiran Rakyat.
Project Officer in-Person training, Neng Hannah menjelaskan bahwa 25 orang diundang dalam acara tersebut, sebagian sudah pernah mengikuti training online, namun sebagian lagi baru pertama kali mengikuti training secara offline.
“Acara ini sangat menarik karena melibatkan peserta dari kalangan generasi muda yang berpotensi untuk menyebarkan nilai toleransi dan kerukunan antar umat beragama dan berkeyakinan. Pelaksanaan kegiatan ini mempertimbangkan dari kacamata GEDSI (Gender Equality, Disability, and Social Inclusion). Hal ini dapat terlihat dari peserta maupun narasumber yang beragam.” Jelasnya
“Melalui program In-Person, setiap peserta mendapatkan pendampingan langsung untuk membuat tulisan dari para trainer berpengalaman, yaitu Risdo dari Jakatarub dan konselor media, dan Siti Latifah, Pimpinan redaksi Kutub.id. Output kegiatan berupa, tulisan peserta akan diterbitkan pada berbagai media mainstream yang terkait dengan topik yang ditulis. Selain itu, peserta akan mengikuti Rencana Tindak Lanjut (RTL) berupa tulisan yang kemudian akan dibuatkan buku cetak kompilasi hasil karya”, pungkasnya.
Kontributor: Gia Riksa Resnipa