Desember 2024. Jalsah Salanah di desa kami tercinta Manislor tinggal menghitung hari. Persiapan demi persiapan terus dilaksanakan demi terselenggaranya acara tersebut. Sekitar 6 bulan yang lalu persiapan mulai dilaksanakan untuk menerima tamu Masih Mauud as.
Dari mulai tempat hingga perlengkapan. Dimulai dari hamparan sawah yang luas untuk tempat gah bapak-bapak yang disulap menjadi tempat yang bagus dan megah. Pembuatan kloset untuk kaum bapa serta ibu, pembuatan dapur umum, sampai pembuatan jalan umum.
Akomodasi penginapan mulai disiapkan, tercatat 389 rumah penduduk dengan kapasitas peserta sekitar 7495 orang disiapkan. Selebihnya kita memakai mesjid An-Nur, Ruang rapat, Masroor hall, Perpustakaan, Ruang kelas SMP, Madrasah serta Gedung Fadhal Umar. Semua tempat sudah ditata rapi siap menerima tamu dari berbagai daerah.
Antusiasme anggota yang rumahnya siap untuk ditempati, mereka membeli kasur, bantal baru untuk menyambut tamu imam mahdi. Mengingat stok dari cabang tak bisa memenuhi seluruhnya. Rumah-rumahpun ada yang sengaja dilakukan perbaikan.
Mesjid dan tempat disekitarnya, mulai dibersihkan, ruang kesehatan sudah disebar di tiap titik, di kaum ibu tersebar 3 titik.
Rabu, 3 Desember 2024, saya mendengar kabar, banyak sekali spanduk terpasang di sepanjang jalan kabupaten. Spanduk provokasi melarang kegiatan Jalsah Salanah Jemaat Ahmadiyah di Manislor. Beberapa jam kemudian, panitia keamanan jalsah mulai menyisir jalanan untuk mencopot spanduk tersebut dengan dibantu komunitas ojol. Alhamdulillah seketika jalanan bersih tanpa spanduk.
Kamis, 5 Desember 2024, saya dari panitia penerimaan tamu mendapat amanah untuk menerima tamu di masjid An-Nur, yang mulai berdatangan.
Hari itu pintu gerbang dibuka, masuklah 2 mobil yang membawa pak Amir yang didampingi ketua Jalsah Salanah Nasional, pak Rahmat Hidayat. Pak Amir berjalan menemui para panitia, berhentilah pa Amir di depan saya, menanyakan persiapan Jalsah. Alhamdulillah kami menjawab semua siap dari tempat tidur, Toilet dan lainnya. Saya sambil berdoa keselamatan kita semua, karena saya teringat banyak spanduk penolakan tadi.
Sore harinya tamu kembali berdatangan dan saya membawa para lajnah ke gah gedung Fadhal Umar. Disana sudah terpasang panggung yang rapi megah.
Tepatnya pukul 17.00, ramai kawanan polisi masuk ke jalanan kawasan masjid An-Nur. Mereka menyerahkan surat pelarangan kegiatan Jalsah. Panitia keamanan menghalau mereka dan mengunci pintu gerbang gedung.
Rupanya ormas membuat rencana dengan menutup akses jalan masuk desa Manislor dari segala sisi.
Suasana malam mulai mencekam, tamu yang berdatangan mulai disweeping, akses jalan di blokade. Semua bingung, apa yang harus kami perbuat. Tetap kami menunggu perintah dari pimpinan.
Kami disarankan banyak berdoa, menulis surat pada Hudhur tercinta.
Melihat situasi yang genting keluarlah Maklumat untuk disampaikan pada seluruh ketua jemaat, petunjuk bapak Amir Nasional, agar menunda keberangkatan. Betapa sedihnya kami Jalsah ditunda. Saya berjaga bersama para lajnah, sembari mendengar banyak berbagai informasi dan kondisi tamu Ahmadi.
Jum’at pagi pukul 06.00, Maklumat tersebar Jalsah Salanah dibatalkan. Hati terasa lunglai, sedih sekali. Pagi itu masih genting. Tenda yang sudah dipasang beberapa terpaksa harus dibongkar, polisi yang didampingi ormas tetap bertahan di balai desa dan mengancam akan bongkar secara paksa.