Gunung Kerinci – Di tengah lebatnya hutan dan kebun palawija di pedalaman Gunung Kerinci, berdirilah sebuah gubuk panggung beratapkan alang-alang dan beralaskan papan kayu. Di tempat sederhana itulah tinggal Ibu Imah bersama dua putrinya, Fitri (9) dan Hani (4), menjalani kehidupan yang penuh keterbatasan namun sarat dengan nilai-nilai luhur dan semangat menuntut ilmu.
Meskipun hanya memiliki latar belakang pendidikan yang sangat rendah, Ibu Imah tidak pernah lelah menanamkan nilai-nilai agama dan kebaikan kepada anak-anaknya. Ia percaya, ilmu bukan hanya milik mereka yang tinggal di kota atau memiliki fasilitas lengkap. Ilmu, menurutnya, dapat diperoleh siapa saja, asal ada kemauan dan keikhlasan.
Fitri, anak sulung Ibu Imah, kini duduk di bangku kelas 3 SD. Setiap pagi, ia harus menempuh perjalanan sejauh 3 kilometer menuju sekolah dengan sepeda tuanya. Sering kali, ia membawa hasil kebun seperti sayuran untuk dijual kepada gurunya demi membantu perekonomian keluarga. Rintangan medan tak menyurutkan langkah kecilnya yang mengayuh sepeda melintasi hutan dan kebun karet demi menuntut ilmu.
Meski malam tiba tanpa listrik, Fitri dan Hani tetap belajar di bawah redupnya cahaya lampu sentir. Di sanalah, setiap malam Ibu Imah mengajarkan mereka membaca Al-Qur’an dan menghafal surah-surah pendek. Bagi Ibu Imah, mengajarkan ilmu agama adalah warisan terbesar yang bisa ia berikan.
“Apapun yang terjadi dalam hidupmu kelak, bukan saja ilmu dunia yang akan menolongmu, tetapi juga ilmu Al-Qur’an. Ia akan menjadi cahaya di dunia dan di akhirat. Seimbangkanlah keduanya,” tutur Ibu Imah suatu malam. Ia juga sering berpesan, “Jika hatimu sempit, lapangkanlah dengan lantunan Al-Qur’an.”
Waktu terus berjalan. Kini, kedua anak Ibu Imah telah mampu membaca Al-Qur’an dengan lancar. Mereka tumbuh dalam pelukan kasih sayang dan bimbingan seorang ibu yang sederhana namun memiliki visi kehidupan yang luar biasa.
Kisah Ibu Imah dan anak-anaknya menjadi bukti nyata bahwa keterbatasan bukanlah halangan untuk meraih ilmu. Cinta seorang ibu dan kekuatan tekad mampu mengubah keadaan. Di tengah segala kekurangan, mereka telah membuktikan bahwa cahaya ilmu bisa bersinar bahkan dari tempat yang paling terpencil.
Oleh: LI Gunung Kerinci