Official Website Organisasi Perempuan Muslim Ahmadiyah

Menyatukan Niat, Menguatkan Iman: Ijda NTB 2025 Penuh Haru dan Inspirasi

Mataram, 28 Juli 2025 — Udara pagi di Peace Center Mataram terasa hangat menyambut kedatangan anggota Ijda LI dan NAI NTB dari berbagai penjuru Nusa Tenggara Barat. Kegiatan ini menjadi panggung sakral bagi para anggota untuk memperkuat ikatan spiritual dan membangun semangat perubahan diri dalam nuansa kekeluargaan yang erat.

Anggota dari Bima menjadi rombongan pertama yang tiba dua hari sebelum acara dimulai. Dengan semangat tinggi, mereka menempuh perjalanan laut menggunakan KM Tilongkabila milik PT Pelni—kapal yang telah lama menjadi andalan transportasi di wilayah timur Indonesia. Meski perjalanan tersebut penuh tantangan dan keterbatasan waktu, mereka memilihnya karena alasan efisiensi dan nilai kebersamaan yang tinggi. Biaya yang terjangkau, hanya Rp100.000 per orang, menjadi saksi nyata dari pengorbanan dan keikhlasan mereka.

Sehari setelahnya, anggota dari Paradoratu, termasuk para Mubayin Baru (MB), menyusul menggunakan jalur darat bersama Mubda NTB 02. Meski perjalanan panjang dan melelahkan, mereka tiba dengan semangat suci untuk berpartisipasi dalam forum penguatan iman dan kontribusi Jemaat.

Tepat pukul 08.45 WITA, kegiatan dibuka secara resmi. Sambutan dari Sadr dan pembacaan doa mengawali suasana khidmat yang menyelimuti ruangan. Anggota NAI diarahkan ke ruang shalat pria, sementara peserta LI tetap di tempat. Namun tak lama, aliran listrik tiba-tiba terputus, memaksa kegiatan beradaptasi di tengah keterbatasan.

Meski pencahayaan minim, semangat anggota tak luntur. Materi tetap disampaikan melalui layar laptop, dengan sistem suara yang masih aktif menjangkau seluruh ruangan. Di luar, para ibu yang duduk sambil menimang anak tetap bisa mendengarkan setiap materi. Respons anggota pun sangat reflektif. Salah seorang anggota, dengan mata berkaca-kaca, menyampaikan:

“Materi ini sungguh menyentuh hati saya. Saya sadar, saya harus terus aktif di dalam Jemaat. Saya ingin berubah, dan terus berkontribusi.”

Di lantai bawah, suasana tak kalah semarak. Materi NAI yang disampaikan Evy berlangsung dengan semangat membara. Riuh anak-anak Nasirat yang penuh antusiasme menggema hingga lantai atas. Genset yang kemudian diaktifkan memastikan acara dapat terus berjalan tanpa hambatan.

Momen penuh makna tercipta saat sesi “berbagi kado buat teman”. Anak-anak Nasirat menyampaikan pesan positif dan refleksi pribadi sebagai bentuk komitmen untuk memperbaiki diri. Di antaranya tertulis:

“Untuk temanku, semoga sehat selalu, panjang umur, sukses, dan bisa membanggakan orang tua di saat suka maupun duka. Jadilah teman yang dapat dipercaya, jujur, dan lebih baik dari hari-hari sebelumnya.”

“Semoga aku bisa menjadi orang yang baik. Bisa menjadi teman untuk orang-orang di sekitarku, berguna bagi banyak orang, dan dapat berkhidmat bagi Ahmadiyah.”

Usai sesi penyampaian materi, dilakukan evaluasi daerah oleh Ketda yang membuka ruang refleksi kolektif. Sesi dilanjutkan bersama para Mubayin Baru, yang turut membagikan testimoni penuh syukur atas baiat mereka. Salah satu momen paling menyentuh datang dari seorang anak Atfal yang bertanya kepada ibunya:

“Mama, kenapa Mama tidak jadi Ahmadi dari dulu, sebelum saya lahir? Ahmadiyah ini baik, orang-orangnya juga baik.”

Kalimat polos itu menjadi sorotan dalam forum, menyentuh hati para anggota dan menghadirkan keheningan sejenak—refleksi dari keindahan kejujuran seorang anak.

Menjelang siang, waktu ishoma menjadi momen santai yang disambut antusias. Bazar produk Lajnah ramai dikunjungi, dan berbagai perlombaan rohani memperkaya suasana. Lantunan nazm oleh putri dari Mln. Hadi Faturrahman mengundang decak kagum, mengingatkan pada sosok ayahnya. Anak-anak lainnya juga tampil mengesankan dalam berbagai lomba pidato, syair, dan MTQ.

Ketda menyampaikan rasa syukurnya atas semangat anggota:

“Ijda tahun ini sangat hidup. Banyak anggota baru dan generasi yang tumbuh penuh potensi. Semoga mereka menjadi generasi emas yang tangguh.”

Kegiatan resmi ditutup menjelang senja. Namun kebersamaan tak berhenti di situ. Ibu-ibu Pengda mengajak seluruh anggota menikmati makan malam di “Raja Seblak” milik Neng Hany, istri dari cucu Bapak Hasbulah Garut, pengusaha legendaris asal Jawa Barat. Sebelumnya, rombongan sempat singgah di Pantai Senggigi untuk berfoto di ikon “Senggigi View”, memanfaatkan indahnya langit jingga sebagai latar kenangan.

Malam pun ditutup dengan hangat di Warung Kaka Bandung 3. Suasana santai dan tawa bersama menjadi penutup yang sempurna untuk hari penuh makna.

Keesokan paginya, Minggu pukul 06.00 WITA, rombongan bersiap kembali ke Jakarta. Mereka pulang dengan semangat yang diperbarui, hati yang penuh syukur, serta tekad untuk terus berkhidmat di jalan kebaikan bersama Jemaat.

Share :

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

LI Indonesia Update