Peninggilan, 3 Agustus 2025 – Dalam rangka memperingati bulan kemerdekaan, sekretaris Umur Talibaat dan Tarbiyat Lajnah Imaillah Cabang Peninggilan mengadakan seminar bertema “Perempuan Merdeka Karena Islam”. Kegiatan ini ditujukan untuk Nashirat mulai usia SMP, hingga LI Remaja yang berlangsung pada Minggu, 3 Agustus 2025 pukul 09.30-11.30. Acara dipandu oleh Rafa Amatul Haleem, mahasiswa Sosiologi UIN, sebagai pembawa acara.
Untuk meraih berkat, acara dimulai dengan pembacaan ayat suci Al Quran QS. Ali ‘Imran Ayat 194-196 oleh Amtul Noor (LI) dilanjut dengan pembacaan Buku “Dasar-dasar pendidikan bagi Jemaat” karya Hazrat Bashirudin Mahmud Ahmad r.a halaman 7-9 oleh Alyya Amatul Malik (NAI). Selanjutnya pembacaan Janji LI dan NAI yang dipimpin oleh Wakil Ketua LI Ibu Yuni Muslimah, beliau juga memberikan sambutan bahwa suatu karunia Allah SWT untuk peserta NAI dan LI remaja yang hadir pada kegiatan ini, dan untuk menyimak setiap materi yang disampaikan.
Seminar dibagi menjadi dua sesi utama. Sesi pertama mengangkat bedah buku karya Khalifatul Masih II, Hazrat Bashiruddin Mahmud Ahmad r.a., berjudul “Muhammad The Liberator of Women”. Pemaparan disampaikan oleh Fiastara Seikha Arthanev, Sekretaris Umur Talibaat Cabang Parigi.
Dalam paparannya, Fiastara menjelaskan kondisi perempuan sebelum datangnya Islam, Perempuan sangat dibatasi dalam hak otonomi, kepemilikan harta, dan hak hukum. Kehadiran Nabi Muhammad SAW sekitar 1.400 tahun lalu membawa ajaran yang sangat memuliakan perempuan, seperti memberikan hak waris, hak memilih pasangan atau menyetujui pernikahan, melarang praktik jahiliyah seperti membunuh bayi Perempuan, dan lain sebagainya.

Rasulullah SAW juga mendorong perempuan untuk menuntut ilmu, sebagaimana dicontohkan oleh Hadhrat Aisyah r.a., istri beliau, yang menjadi sumber pengetahuan umat. Perempuan pun dilibatkan dalam peran sosial dan bahkan dalam medan perang, seperti Hadhrat Ummu ‘Umrah r.a. (Nusaibah binti Ka’b) yang turut bertempur gagah berani pada Perang Uhud.
Dan Islam tidak membeda-bedakan laki-laki dan Perempuan dalam beribadah, karena Allah SWT menilai manusia dari ketakwaan. Pada akhir sesi ini peserta diberi games kelompok yang menjawab pertanyaan tentang masa sebelum dan sesudah Rasulullah SAW mengajarkan hak- hak perempuan.
Sesi kedua berjudul “Sharing Perempuan Multiperan” dengan narasumber Nuri Nurmelati, pengurus pusat Daiyah bagian konten sosial media. Ia menekankan bahwa rasa syukur atas perjuangan Rasulullah SAW dalam membela hak perempuan dapat diwujudkan melalui tiga Langkah yaitu:
- Meraih ilmu sebanyak-banyaknya, baik ilmu agama maupun ilmu dunia, untuk kemajuan dunia dan akhirat.
- Mempersiapkan diri menjadi pendidik di lingkungan keluarga, pertemanan, dan masyarakat luas.
- Menjadi Muslimah sejati dengan menjalin hubungan erat dengan Allah SWT, Khalifah, melakukan Rabtah dan Tabligh, menjalankan 10 syarat Bai’at, dan janji NAI dan LI, menjadi anak yang berbakti kepada kedua orang tua.
Mengutip pesan Khalifatul Masih II r.a., “Jika 50% wanita melakukan reformasi diri, maka Islam akan menang,” Nuri mengajak peserta untuk terus meningkatkan kualitas diri dan keimanan.
Hz. Khalifatul Masih II r.a berkata bahwa: Laki-laki yang menunjukkan teladan keberanian dan kepahlawanan yang luar biasa sesungguhnya merupakan hasil didikan para perempuan yang mengirimkan anak-anak mereka ke medan perang untuk membela Islam dengan berkata: “Jika kamu tidak menyerahkan nyawamu, ingatlah bahwa kamu bukan lagi milikku.
Hz. Khalifatul Masih II r.a. juga berkata bahwa Nashirat juga mengulangi janjinya bahwa mereka akan selalu siap mengabdi kepada Islam, bangsa, dan negara mereka, serta akan selalu berpegang teguh pada kebenaran. Nasirat tidak boleh menganggap mereka gadis kecil dan tanggung jawab mereka lebih rendah daripada tanggung jawab Lajnah. Meskipun usiamu masih muda, tanggung jawab Lajnah yang sama akan tetap diembankan kepadamu.