Official Website Organisasi Perempuan Muslim Ahmadiyah

Memahami Peran Orang Tua: Pedoman Pola Asuh Positif dan Efektif

Pengasuhan adalah salah satu ladang pahala namun juga tantangan yang sangat berat dalam kehidupan. Menempuh proses yang kompleks dalam mendampingi pertumbuhan dan perkembangan anak, tidak hanya fisik dan kognitifnya, tapi juga emosional, sosial dan spritual anak. Peran orang sangat penting dalam membangun karakter anak untuk menjadikan mereka pribadi yang bermanfaat bagi agama dan bangsa.

Pengasuhan selalunya bertemu dengan tantangan yang sulit dan membingungkan. Kita mungkin sering terjebak dalam lingkaran yang penuh hambatan dan tekanan. Tapi tidak perlu khawatir, banyak dari kita yang sudah melewati fase ini. Artikel ini merupakan suatu bentuk upaya untuk membantu para orang tua menghadapi proses yang menantang ini dengan penuh percaya diri.

Keberagaman Pola Asuh

Gaya pengasuhan merupakan pola yang unik dari sikap, persepsi dan kebiasaan orang tua berkaitan dengan pengasuhan anak. Jika dipraktikkan, membutuhkan keseimbangan dan moderasi. Gaya pengasuhan secara signifikan membentuk perkembangan karakter anak dan dinamika keluarga. Pola asuh dapat berbeda di tiap keluarga. Tergantung dengan budaya, status sosial ekonimi, pendidikan dan keyakinan pribadi yang mempengaruhi pendekatan dan hasil yang diraih.

Berikut akan dipaparkan beragam pola untuk memperdalam pemahaman kita tentang gaya pengasuhan dan dampaknya bagi anak, baik dari segi kesehatan mental, penghargaan diri, pencapaian akademik, interaksi sosial dan juga perilaku moral.

 

Pola Asuh Otoriter

Dalam pola ini, orang tua menjadi yang satu-satunya pemberi keputusan. Orang tua menggunakan mode komunikasi satu arah dimana mereka menentukan jadwal, aturan dan harapan ketat yang harus diikuti oleh anak tanpa negosiasi dan atau fleksibilitas.

Tidak ada ruang untuk saling memahami dan berbincang. Anak diminta untuk mencapai standar yang tinggi tanpa kesalahan dan alasan apapun. Dan konsekuensi apabila tidak mencapai apa yang diharapkan tersebut biasanya berupa hukuman, dan tidak adanya umpan balik atau tanggapan positif saat anak mencapai sesuatu.

Anak-anak, yang tumbuh dalam pola ini dapat berperilaku baik karena takut akan hukuman dan kepatuhannya lebih kepada rasa takut ketimbang rasa hormat. Sehingga, ini bisa membuat anak menjadi pembangkang dikemudian hari.

Lebih lanjut, anak-anak dalam pola ini biasanya kesulitan dalam memahami perasaan misalnya sedih, malu, marah, cemas. Memiliki rasa ketidakpuasan dan kreatifitas serta penghargaan diri yang rendah. Selain itu juga kemampuan pengambilan keputusan pribadi yang lemah.

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa anak-anak yang dibesarkan dengan pola ini memiliki resiko tinggi terhadap depresi, tingkah agresif, dan kecemasan.

 

 

Pola Asuh Lembut dan Demokratis (Otoritatif)

Pola ini ditandai dengan dorongan membangun dan memelihara hubungan antara orang tua dan anak. Saling menghargai, memahami dan komunikasi terbuka adalah pondasi dari pola ini. Orang tua menetapkan tujuan atau harapan yang realistis dan jelas. Petunjuk yang diberikan selalu disertai penjelasan guna menghindari pemaksaan, dominasi yang tidak perlu, kesalahpahaman dan juga rasa benci.

Selain itu, apabila anak berkesempatan menentukan pilihannya dalam suatu tujuan, orang tua juga memberikan penjelasan terhadap konsekuensi dari pilihannya tersebut dan saling menyepakati terhadap batasan-batasan. Inilah cara yang sehat dalam menumbuhkan rasa tanggungjawab dan disiplin.

Pola ini juga membantu anak memvalidasi perasaannya serta membuat mereka tahu bahwa orang tua mereka selalu ada. Para orang tua dengan pola ini yakin bahwa menginvestasikan waktu dan energi mereka dapat mencegah munculnya masalah-masalah perilaku pada anak.

Dengan kesabaran, upaya yang tepat waktu dan penguatan positif, pola ini akan menghasilkan buah yang terbaik.

Anak-anak dengan pola ini biasanya akan nyaman dengan orangtuanya. Mereka juga akan menunjukkan rasa tanggung jawab, kepercayaan diri, dan penghargaan diri yang tinggi, serta cenderung bertingkah laku dengan rasa hormat dan penuh kesadaran, serta memiliki kemampuan untuk mengatur dan mengekspresikan emosinya dengan jelas.

Mereka biasanya mampu mengambil keputusan dengan baik, bagus dalam pencapaian akademik dan interpersonal dan kecil kemungkinannya untuk terlibat dalam perilaku impulsif seperti penyalahgunaan obat-obatan terlarang.

 

Pola Asuh Permisif

Pola asuh permisif biasanya menawarkan komunikasi yang hangat dan terbuka. Orang tua tidak menuntut tidak banyak menuntut anak-anaknya sehingga hanya ada sedikit aturan, batasan, dan tindakan disiplin yang tidak konsisten. Anak tidak dituntut harapan yang banyak dan mereka didorong untuk mendalami dan belajar secara mandiri. Orang tua merasa bahwa anak akan belajar lebih baik hanya dengan sedikit arahan dan campur tangan orang tua.

Anak dengan pola asuh seperti ini biasanya tumbuh dengan bahagia dan mudah bergaul tetapi akan kesulitan mengikuti aturan dan otoritas. Mereka akan semaunya sendiri mengatur waktu tidurnya, kebersihan, tugas sekolah, dan waktu bermain gawai.

Kebebasan yang terlalu luas dapat menumbuhkan kebiasaan buruk dimana orang tua seringnya menemui kesulitan dalam mengontrol kebiasaan anak.

Lebih lanjut, sedikitnya aturan juga dapat menambah kebingungan seputar pola makan, menjurus pada konsumsi makan tidak sehat dan cemilan yang berlebihan yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan seperti obesitas di kemudian hari.

Anak juga akan kesulitan meregulasi diri, tidak sabaran, sulit menunda kepuasaan sesaat dan penguasaan rangsangan, menjadi lebih egois, keras kepala dan penuntut.

 

Pola Asuh Abai

Pada pola ini, anak sedikit atau tidak sama sekali diberikan dukungan atau pedoman dalam menjalani hidup. Anak dibiarkan mencari sendiri solusi terhadap kesulitan dan tantangan.

Orang tua tidak menetapkan tujuan dan Batasan terhadap tahapan perkembangan anak yangmana justru akan menimbulkan kebingungan. Meskipun orang tua memenuhi kebutuhan dasar anak mereka, tetapi secara emosional mereka jauh dengan anak.

Bahkan orang tua terkadang kurang mengetahui seputar perkembangan anak atau meyakini bahwa anak mereka akan menjadi lebih baik tanpa arahan mereka. Penting untuk dipahami bahwa pola asuh ini dapat timbul akibat masalah kesehatan mental orang tua sehingga orang tua tersebut mungkin tidak mampu memenuhi kebutuhan emosional dan fisik anak.

Sebagai dampak dari kurangnya pondasi, arahan dan keterlibatan orang tua, anak-anak ini biasanya akan berujung pada hasil yang tidak baik, lebih mungkin terlibat dalam penyalahgunaan obat-obatan, depresi, rendahnya perhargaan diri, terlibat dalam pertemanan yang menyimpang/bermasalah perilakunya seperti vandalisme, pencurian, pemerkosaan, penyerangan, pelanggaran aturan, mengkonsumsi beralkohol di bawah umur, dan rendahnya kemampuan emosional, interpersonal, dan kognitif.

 

Pola Asuh Helikopter

Jika Anda terlalu khawatir dan protektif berlebihan terhadap anak Anda, kemungkinan Anda adalah orang tua dengan pola asuh helikopter. Pada pola ini, orang tua selalu terlibat dalam kehidupan anaknya. Orang tua yang menerapkan pola ini selalu ingin terlibat dalam kehidupan anak dan membayang-bayangi setiap kegagalan dan kesuksesan mereka.

Pola ini dapat mempengaruhi perkembangan anak terutama kemampuan intrapersonalnya seperti penghargaan diri, kepercayaan diri, ketahanan dan ketegasan diri serta dapat meningkatkan kecemasan pada anak, rasa takut dan ketergantungan.

 

Pola Asuh Snowplow

Pola ini menggambarkan bagaimana orang tua yang selalu berupaya menghilangkan segala rintangan yang muncul sehingga anak mereka tidak perlu menghadapi kesulitan hidup. Kita semua sepakat bahwa semua orang tua pasti menyayangi anaknya dan tidak ingin mereka berada dalam kesulitan dan ketidaknyamanan. Namun, kondisi inilah yang justru membantu kemampuan anak agar dapat tumbuh dan berkembang, terutama dalam hal penyelesaian masalah, pengambilan keputusan, dan kreatifitas.

Beberapa tantangan dan ketidaknyamanan merupakan komponen penting yang membantu anak memiliki pola pikir bertumbuh dan membangun keteramlilan sosial, kognitif, emosional dan interpersonal dalam jangka panjang.

 

Pola Asuh Mercusuar

Ini adalah pola lanjutan dari pola asuh otoritatif. Pola ini fokus pada memberi arahan pada anak dalam menghadapi tantangan sambil menyediakan kebutuhan yang diperlukan.

Orang tua berperan sebagai cahaya penuntun yang tetap dan stabil dimana mereka membantu anak merasakan konsekuensi atas pilihannya sendiri sembari memberikan umpak balik dan arahan yang tepat dalam perjalanan anak menemukan jati diri. Orang tua selalu konsisten dalam mendisiplinkan anak. Mereka memberikan penjelasan dan teladan atas kebiasaan yang diharapkan ada pada anak mereka. Ini membantu anak terbiasa dengan rutinitas, keteraturan dan kejelasan. Pola asuh mercusuar adalah kombinasi dari pola otoritatif dan permisif sehingga pola asuh ini merupakan pendekatan yang seimbang.

 

Nasihat Hazrat Muslih Mau’ud (rh)

Hazrat Muslih Mau’ud (rh) memberikan nasihat yang komprehensif untuk para orang tua tentang bagaimana membesarkan anak di dalam segala macam kondisi. Berikut beberapa diantaranya:

Orang tua, dengan jujur, berpandangan bahwa saat anak mereka melihat orang tuanya mematuhi aturan agama dan mendengar percakapan orang tuanya tentang agama, maka anak secara otomatis akan belajar, sehingga tidak perlu lagi memberitahu mereka apapun. Akan tetapi, pemikiran ini benar-benar keliru, hasilnya justru anak akan terlewatkan dalam memperoleh pengetahuan agama. Sebaliknya, sebagian orang tua khawatir akan pengaruh perkataan mereka terhadap anak-anak, sehingga tidak perlu menyampaikan apapun; mereka yakin anak-anak akan belajar dengan cara mereka sendiri.”

“Kedua pandangan tersebut seharusnya tidak pernah timbul, ketimbang keraguan seperti itu, seharusnya yang dimunculkan adalah niat yang baik. Lebih lanjut, daripada menghidupkan keyakinan buta, seharusnya kembangkan sikap penuh kehati-hatian. Oleh karenanya, penting untuk dipahami bahwa anak-anak tidak akan bisa belajar hanya dengan menonton atau mendengarkan percakapan orang tuanya, tetapi mereka juga harus diarahkan dan diberi nasihat.”

Selain itu, kita harus ingat bahwa apapun yang kita sampaikan kepada anak, itu akan mempengaruhi mereka dan mereka akan menyerapnya sehingga kita perlu memberi perhatian khusus akan hal ini.”

“Terlepas dari hal di atas, ada dua hal lagi yang menjadi sebab cacatnya tarbiyat pada anak, yakni terlalu banyak kebaikan atau terlalu dikekang.”

“Bagaimanapun yang dilakukan anak, mereka tidak boleh dipojokkan. Sekalipun mereka mencemarkan nama baik agama, dikatakan bahwa hati mereka tidak boleh dipatahkan karena ini, mereka akan mengerti saat dewasa nanti.”

“Sebaliknya, terkadang anak-anak diperlakukan begitu kasar sehingga mereka mulai membenci orang tuanya. Kedua sifat buruk ini sedemikian rupa sehingga karenanya, anak-anak menjadi hancur. Tidak seorang pun boleh bersikap terlalu keras atau terlalu baik kepada anak.”

 

Strategi Pengasuhan yang Positif

Berikut beberapa saran terkait strategi pengasuhan yang dapat diterapkan oleh para orang tua,

Luangkan Waktu Lebih Banyak untuk Anak

Berikan perhatian dan respon penuh Anda untuk anak. Mengisi waktu berkualitas bersama mereka dapat memperkuat ikatan dan komunikasi. Aktifitas sederhana seperti jalan-jalan setelah makan malam, doa bersama keluarga, liburan akhir pekan, bermain dan membaca buku bersama, dapat meningkatkan rasa saling memiliki dan mempererat hubungan. Kedepannya ini dapat meningkatkan kesejahteraan anak secara menyeluruh.

 

Konsisten dalam Aturan

Menetapkan batasan adalah langkah penting untuk membantu anak berlatih kebiasaan baik dan penguasaan diri. Batasan yang Anda tetapkan membantu mereka mencapai tujuan yang Anda harapkan. Misalnya, batasan yang ditetapkan adalah seputar televisi dan jenis program yang boleh ditonton, seperti tidak ada unsur menggoda, membantah, memukul, atau mencaci maki.

Kapanpun sikap atau gestur yang tidak baik terlihat, orang tua harus sigap memberi peringatan diikuti dengan konsekuensi seperti mengurangi waktu bermain atau menonton TV.

 

Puji Anak saat Bersikap Baik

Saat sebuah sikap diapresiasi, maka mereka akan lebih cenderung untuk mengulanginya. Pujian dapat membangun konsep diri pada anak. Setiap perilaku yang dipuji akan mengingatkan anak tentang standar perilaku yang Anda harapkan. Dan juga menjadi pendorong keberlanjutan perilaku tersebut.

 

Dorong Anak Menghargai Dirinya                                 

Harga diri anak dapat terbentuk melalui interaksi interaktif antara anak dan orang tua. Setiap tindakan dan perkataan Anda mempengaruhi perkembangan anak dalam menilai dirinya lebih dari apapun.

Ungkapan yang meremehkan dan membandingkan anak dengan anak lain akan sangat mematahkan harga dirinya. Sebaliknya, memberi pujian atas pencapaian kecilnya dan memberi kesempatan kepadanya melakukan tugas-tugas kecil dapat membuat anak merasa mampu, percaya diri dan optimis.

 

Bangun Komunikasi tanpa Menghakimi

Memahami pikiran, perasaan dan perkataan anak merupakan hal yang sangat penting jika kita ingin membangun alur komunikasi yang terbuka dan berkelanjutan dengan mereka. Anak butuh penjelasan di setiap pemberian tugas atau arahan dan ini bermanfaat bagi mereka dalam  mengembangkan kemampuan analisisnya.

Memberikan penjelasan mengapa mereka harus melakukan suatu hal dapat membantu mereka melihat sudut pandang lain dan membantu mereka sampai pada pandangan yang lebih luas guna mengambil keputusan yang lebih bermanfaat.

Komunikasi dengan anak tanpa ada kesan menghakimi dapat memperbesar kemungkinan mereka menerima arahan orang tuanya.

 

Menjadi Teladan yang Baik

Anak lebih banyak belajar dari tindakan ketimbang nasihat Anda. Anak belajar dari proses yang disebut meniru (belajar dari mengamati).

Pola hidup orang tua menjadi faktor terbesar terhadap proses pembelajaran emosional dan social anak. Dengan memberi teladan pada nilai-nilai seperti kejujuran, kebaikan, empati, sopan santun, tidak mementingkan diri sendiri, ramah, menghargai, bersyukur, ceria, kesabaran, dan optimisme akan mendorong anak menyerap dan melaksanakan nilai-nilai tersebut tanpa upaya lebih.Bila perlu, bersedialah menyesuaikan pola asuh Anda agar sesuai dengan kondisi anak.

Pertimbangkan usia dan kondisi anak kemudian sesuaikan pola yang tepat. Pelajari elemen dari berbagai pola yang mungkin cocok untuk diterapkan demi memperoleh hasil terbaik. Misalnya, gunakan cara yang penuh kehangatan dari pola asuh otoritatif dan mercusuar bersamaan dengan aturan yang konsisten dan penguatan yang positif guna membantu pertumbuhan dan perkembangan anak secara menyeluruh.

 

Dorong Kemandirian Anak

Sesekali berikan anak kesempatanmemutukan apa yang ingin dia makan atau pakai. Motivasi anak agar terbiasa menjaga kerapian baju dan kamar mereka.

Lebih lanjut, biarkan mereka mengambil keputusan untuk saudara mereka dalam hal-hal kecil. Balita sebaiknya didorong untuk tidur sendiri. Kebiasaan ini menanamkan kemandirian, kemampuan mengendalikan emosi, dan keberanian dalam diri mereka. Hal ini sesuai dengan nasihat Rasulullah (saw):

“[…] dan pisahkan tempat tidur mereka.” (Sunan Abi Dawud, Kitab As-salat, Hadits No. 495)

Namun, terkait dengan usia yang tepat untuk hal ini, semua sangat tergantung dengan kesiapan anak dan konteks budaya.

 

Hindari Hukuman yang Keras

Orang tua sebaiknya menghindari memukul anak. Memukul dan mempermalukan di depan umum akan membentuk perilaku agresif pada anak. Dikemudian hari, mereka lebih mungkin melakukan kekerasan verbal dan fisik terhadap anak-anak lain di sekolah. Mereka menjadi tidak mampu menerapkan keterampilan penyelesaian konflik yang sehat.

 

Perlakukan Anak dengan Rasa Hormat

Jika ingin dihormati oleh anak, maka Anda harus menghormati mereka terlebih dahulu.

Anak akan memperlakukan orang lain sebagaimana mereka diperlakukan di rumah/sekolah. Hubungan Anda dengan anak tercermin dalam hubungannya dengan orang lain. Akui dan hormati pendapatnya, dan bicaralah dengan ramah dan sopan. Dengarkan anak dengan saksama saat ia berbicara dengan Anda.

Yang terakhir namun tidak kalah pentingnya, terimalah kelemahan Anda sebagai orang tua dan berjanjilah untuk mengubahnya menjadi sebuah kekuatan.

Kita semua alpa dari kata sempurna namun mau terus belajar. Kenali kemampuan Anda, seperti kasih sayang dan dedikasi, dan ubah kelemahan Anda, seperti suasana hati yang buruk, kecemasan, kemarahan, atau ketidakkonsistenan dalam disiplin, menjadi strategi yang lebih produktif.

Jadikan pengasuhan anak sebagai pekerjaan yang mudah dipegang. Fokuslah pada hal-hal yang membutuhkan lebih banyak perhatian daripada mencoba menangani semuanya sekaligus. Dan ketika Anda merasa lelah, luangkan waktu untuk diri sendiri.

Ingatlah, merawat diri sendiri bukanlah hal yang egois. Artinya, Anda peduli dengan kesejahteraan diri sendiri, yangmana merupakan salah satu nilai penting yang perlu dicontohkan kepada anak-anak Anda.

 

Kesimpulan

Dalam hal mengasuh anak, tidak ada pendekatan “satu ukuran untuk semua”. Bangunlah ekspektasi yang realistis terhadap diri dan anak Anda.

Dalam mengasuh anak, terkadang ada proses coba-coba. Namun, pola asuh Demokratis/Otoritatif dan subtipenya, Mercusuar, cenderung menjadikan anak bertanggung jawab, optimis, percaya diri, responsif, mandiri, kompeten secara sosial, dan bahagia.

Orang tua yang paling berhasil adalah yang tahu kapan harus menyesuaikan atau mengubah pola asuhnya tergantung pada kebutuhan atau situasi. Pada akhirnya, pola asuh terbaik yang harus digunakan adalah yang sesuai dengan kondisi keluarga.

Oleh: Samar Hafeez (Konsultan Psikolog)

Referensi: https://www.alhakam.org/understanding-parenthood-guide-effective-parenting/

Alih Bahasa: Syafia Taherah

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

LI Indonesia Update