Hudhur aba. bersabda bahwa suatu ketika seorang perempuan menjumpai Rasulullah (shallallahu ‘alaihi wasallam) dan berkata bahwa para laki-laki dapat pergi berjihad dan melakukan berbagai hal lainnya juga. Tetapi perempuan, menetap di rumah dan mengurus rumah tangga dan anak-anak mereka. Jika demikian, dapatkah perempuan mencapai derajat rohani yang sama dengan laki-laki?
Pertanyaan ini menyenangkan Rasulullah (shallallahu ‘alaihi wasallam) yang mengungkapkan betapa terkesannya beliau dengan cara perempuan itu menyampaikan masalah dan pemikirannya yang mendalam.
Rasulullah (shallallahu ‘alaihi wasallam) bersabda kepada para sahabatnya yang duduk bersama beliau bahwa mereka harus menghormati perempuan. Rasulullah (saw) bersabda kepadanya bahwa untuk masalah yang dia sampaikan, perempuan dan laki-laki adalah sama. Islam mengajarkan bahwa laki-laki adalah wali hanya dalam hal tanggung jawab yang mereka emban, sebaliknya jika menyangkut derajat, baik laki-laki dan perempuan adalah sama.
Hudhur aba bersabda bahwa Islam juga mengajarkan untuk menerapkan pardah. Harus diingat bahwa di mana perempuan diperintahkan untuk berpardah, laki-laki diperintahkan terlebih dahulu untuk bersikap sopan dan menundukkan pandangan mereka.
Tujuan pardah bukan untuk membatasi, melainkan untuk melindungi laki-laki dan perempuan dari kegoyahan. Jadi, ketika beberapa orang mengatakan bahwa tidak semua laki-laki menatap perempuan, mereka harus memahami bahwa ini bukan satu-satunya tujuan pardah, melainkan tujuannya adalah untuk melindungi semua orang.
Selain itu, pembatasan yang tidak semestinya tidak boleh diterapkan dalam hal pardah. Hadhrat Masih Mau’ud as bersabda bahwa pardah bukan berarti perempuan merasa terbatasi dalam hal apa yang mereka ingin kerjakan, atau terbatasi karena tinggal di rumah saja. Perempuan tentu bisa ke luar rumah dan berbaur dengan masyarakat, dengan tetap menjaga pardah dan kesopanan. Islam berusaha untuk menegakkan ketakwaan dan pardah dimaksudkan untuk itu.
Setiap wanita dan gadis Muslim harus memahami martabat mereka berdasarkan ajaran Islam dan sabda Rasulullah (shallallahu ‘alaihi wasallam), bukan mengikuti orang-orang duniawi yang secara membabi buta menyatakan kebebasan. Sungguh tanggung jawab setiap wanita dan gadis Ahmadi untuk menunjukkan kepada dunia martabat wanita yang sebenarnya, tanpa adanya rasa rendah diri.
Semoga kita selalu menapaki jalan ketakwaan.