Official Website Organisasi Perempuan Muslim Ahmadiyah

Menghadiri Diskusi Lintas Iman, Lajnah Imaillah Turut Harapkan Perubahan

Diskusi

Ciganjur – Upaya meredam kekerasan atas nama agama bukanlah hal mudah, namun bukan berarti tidak bisa dilakukan. Dalam hal ini, pemberdayaan perempuan dan pesantren menjadi salah satu titik tolak keberhasilannya.

Pemikiran tersebut muncul pada diskusi panel bertajuk “Perempuan Pesantren dan Lintas Iman Melawan Kekerasan Berbasis Agama” yang digelar pada Sabtu (30/12) lalu di kediaman Ibu Negara Presiden RI ke-4 ibu Sinta Nuriyah Gusdur, Ciganjur Jakarta.

Pada kesempatan yang baik ini, Lajnah Imaillah Perempuan Muslimah Ahmadiyah turut hadir menyampaikan gagasannya. Mewakili Lajnah Imaillah, hadir pada acara tersebut adalah Ibu Evy Tauhid sebagai Humas PPLI bersama Ibu Fitri sebagai Ketua AMLA JAI (Ahmadiyya Muslim Lawyer Association Jemaat Ahmadiyah Indonesia).

Program “Gebyar Toeransi” ini diselenggarakan oleh Yayasan Puan Amal Hayati bekerja sama dengan Kementerian Agama RI, dengan menghadirkan narasumber Ketua ISFoRB, Dr Hurriyah (Ketua Indonesian Scholar Network on Religious Freedom or Belliefs).

Aara dihadiri oleh 35 orang dari Perwakilan Kementerian Agama, Ketua Kaukus Perempuan Indonesia, Ketua KPI (Komisi Perempuan indonesia), Ketua ISFoRB, Ketua AMAN Indonesia (The Asian Muslim Action Network Indonesia), Prof. Musdah Mulia (Pendiri Indonesian Conference on Religion and Peace/ICRP), Ketua ANBTI (Aliansi Nasional Bhineka Tunggal Ika), Dosen Fisip Universitas Indonesia serta perwakilan tokoh-tokoh agama & kepercayaan.

Tujuan diskusi panel kali ini adalah untuk menciptakan perubahan positif dalam upaya menjaga toleransi dan menghentikan kekerasan berbasis agama, melalui pemberdayaan perempuan, pesantren & lintas iman, serta promosi moderasi beragama.

Dari JAI, disampaikan 5 poin penting dalam diskusi tersebut yaitu:

  1. Apresiasi kepada masa kepresidenan Gus Dur, dimana pada masa tersebut JAI menerima kunjungan tamu agung yaitu Pimpinan Internasional Jemaat Ahmadiyah, Hazrat Khalifatul Masih IV, yang berkunjung ke Indonesia;
  2. JAI turut mendoakan semoga di pemilu selanjutnya melahirkan pemimpin seperti Gus Dur yang membuka ruang tokeransi dan demokrasi seluas-luasnya untuk seluruh rakyat Indonesia;
  3. Menyampaikan bahwa Tahun 2008 pemerintah menerbitkan SKB 3 menteri, yang darinya terbit regulasi-regulasi diskriminatif di Indonesia yang jumlahnya mencapai lebih dari 40 regulasi turunan. Tetapi faktor utama penyebab intoleransi terhadap JAI pada dasarnya adalah fitnah dan prasangka buruk kepada JAI;
  4. JAI mempunyai program rabtah yaitu menjalin hubungan baik dengan masyarakat non-JAI, termasuk dengan pemerintah. Hal ini sejalan dengan yang disampaikan oleh Dr. Hurriyah dalam materinya agar kita keluar dari zona nyaman yaitu berbicara atau berdiskusi tidak terbatas hanya dengan yang sependapat saja;
  5. Ibu Shinta, seperti yang disampaikan Ibu Nia Sjarifudin (ketua ANBTI) menjalankan tugas-tugas sebagai Ibu Negara. Semoga hal ini bisa membuka ruang-ruang perjumpaan terutama dengan pejabat publik, tidak hanya untuk Komunitas Muslim Ahmadiyah tapi juga untuk kelompok lainnya yang hingga saat ini masih mengalami diskriminasi.

 

Acara diakhiri dengan doa bersama dari semua agama dan kepercayaan, yang dipimpin dengan doa dari agama Islam oleh Ibu Fitri.

 

Kontributor: Evy Tauhid (Muavin Humas PPLI)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

LI Indonesia Update