Kesabaran, kebaikan, kedermawanan, dan sifat santunnya terhadap orang miskin membuat Zainab binti Khuzaimah ra dikenal dengan nama Ummul Masakin (ibunda orang-orang miskin).
Beliau ra juga termasuk perempuan-perempuan maqom awalin yang memeluk Islam. Di zaman jahiliyah, Hadhrat Zainab ra sudah memiliki pemikiran bahwa penyembahan berhala adalah sebuah kesalahan. Akal pikirannya yang baik selalu menjaga beliau dari perbuatan jahiliyah dan membawanya masuk Islam.
Riwayat yang paling kuat mengatakan bahwa suami pertama Hadhrat Zainab adalah Thufail bin Harits bin Abdil-Muththalib. Karena Zainab tidak dapat melahirkan, Thufail menceraikannya ketika mereka hijrah ke Madinah.
Untuk memuliakan Zainab, Ubaidah bin Harits (saudara laki-laki Thufail) menikahi Zainab. Ubaidah syahid ketika melawan kaum Quraisy pada Perang Badar.
Rasulullah saw menikahi Hadhrat Zainab ra karena dia ingin melindungi dan meringankan beban kehidupan yang dialaminya. Zainab sejak kecil dia sudah dikenal lemah lembut terhadap orang- orang miskin.
Sebagai Rasul yang membawa rahmat bagi alam semesta, beliau saw rela mendahulukan kepentingan kaum muslimin, termasuk kepentingan Zainab yang senantiasa memohon kepada Allah agar hidup miskin dan mati dalam keadaan miskin dan dikumpulkan di Padang Mahsyar bersama orang-orang miskin.
Perempuan Lemah-lembut terhadap Orang Miskin
Selain dikenal sebagai ummul masakin, Hadhrat Zainab ra juga dikenal sebagai istri Rasulullah saw yang selalu ringan membantu saudara-saudaranya.
Sifat murah hati dan santu selalu ditunjukkan di hadapan orang miskin. Kedermawannan ini sudah tertanam bahkan sebelum beliau ra masuk Islam. Artinya, meskipun beliau tidak (belum) mengetahui perihal ganjaran berbuat baik, Hadhrat Zainab sudah menjadi seorang penyantun pada masa jahiliyah.
Atha bin Yasir yang meriwayatkan sebuah kisah, bahwa Zainab mempunyai seorang budak hitam dari Habasyah. Ia sangat menyayangi budak itu tidak memperlakukannya layaknya seorang budak, tapi Zainab malah memperlakukan layaknya seorang kerabat dekat.
Rasulullah saw bersabda, “Ia benar-benar menjadi ibunda bagi orang-orang miskin, karena selalu memberikan makan dan bersedekah kepada mereka.”
Keberadaan Hadhrat Zainab bersama dengan Rasulullah saw tidak lama. Hal itu karena Hadhrat Zainab wafat ketika masih berada bersama dengan Rasulullah saw yang juga menyalatkan jenazahnya.
Zainab binti Khuzaimah wafat di usia yang sangat muda. Sebagian riwayat menyebutkan bahwa beliau wafat di usia kurang dari 30 tahun.
Referensi: Sirah Ibnu Hisyam
Related

Zainab binti Jahsy ra – Sosok Perempuan Mandiri dan Dermawan
Sebelum menikah dengan Rasulullah, namanya adalah Barrah, kemudian diganti oleh Rasulullah menjadi Zainab setelah menikah dengan beliau. Dinyatakan dalam hadits Al-Bukhari dan Muslim, dari Zainab binti Abu Salamah, dia berkata, “Namaku adalah Barrah, akan tetapi Rasulullah kemudian memberiku nama Zainab.” (HR. Muslim dalam Al-Adab, 14/140).Nama lengkapnya adalah Zainab binti Jahsy…
In "Perempuan dan Islam"

Khadijah binti Khuwailid ra – Pemimpin Kaum Wanita Seluruh Alam
“Jika segala kenikmatan hidup diserahkan kepadaku, dunia dan kekuasaan para raja Persia dan Romawi diberikan kepadaku, tetapi aku tidak hidup bersamamu (Muhammad), maka semua itu bagiku tak lebih berharga daripada sebelah sayap seekor nyamuk.” (Khadijah binti Khuwailid ra)Jika ingin mendengar kisah kesetiaan pendamping pasangan Rasulullah saw, maka Khadijah binti Khuwailid…
In "Perempuan dan Islam"

Saudah binti Zam’ah ra – Rela Berkorban demi Kemuliaan Islam
Uswatun Hasanah Baginda Nabi Muhammad saw senantiasa memberikan teladan yang mulia. Salah satunya adalah dalam hal pemilihan pasangan hidup dalam pernikahan, yang dilandaskan pada ketaatan dan keimanan, bukan kepada kekayaan, paras atau nasab.Setelah kewafatan Hadhrat Khadijah ra, wanita mulia yang dinikahi oleh Rasulullah saw adalah Saudah binti Zam’ah. Beliau berdua…
In "Perempuan dan Islam"