Shahibiyah ini bernama Ummu Kultsum binti Uqbah bin Abi Mu’ait bin Dzakwan bin Umayyah bin ‘Abd Syams bin ‘Abd Manaf bin Qushai al-Umawi. Ibunya bernama Arwa binti Kuraiz bin Rabi’ah bin Habib bin ‘Abd Syams bin ‘Abd Manaf. Ia merupakan saudari seibu Utsman bin Affan.
Ummu Kultsum binti Uqbah masuk Islam di Makkah sebelum para sahabat perempuan Nabi saw ikut hijrah ke Madinah. Oleh karenanya ia termasuk sahabat perempuan pertama yang hijrah ke Madinah pada tahun ketujuh Hijriah setelah hijrahnya Nabi saw dan keluarganya.
Setelah mengetahui hijrahnya Nabi saw dan keluarganya, Ummu Kultsum kemudian keluar berjalan kaki untuk menyusul Nabi saw. Cahaya iman yang menggumpal di kalbunya membuat Ummu Kaltsum berani meninggalkan keluarganya. Seorang diri, ia berhijrah karena kecintaannya kepada Allah swt dan Rasulullah saw.
Ketika hijrah ke Madinah ia masih gadis, sesampainya di Madinah ia dinikahi oleh Zaid bin Haritsah -sahabat yang sangat dicintai Nabi saw dan termasuk dari as-sabiqun al-awwalun. Namun kemudian Zaid bin Haritsah meninggal pada perang Mu’tah pada tahun 8 Hijriah.
Setelah itu dia menikah dengan sahabat Nabi saw yang lain yaitu Zubair bin Awwam, salah satu sahabat yang dijanjikan masuk surga. Pernikahannya dengan Zubair bin Awwam dikaruniai seorang anak perempuan bernama Zainab. Pernikahan mereka tak berlangsung lama, Zaid bin Haritsah kemudian menceraikannya.
Perceraiannya dengan Zaid bin Haritsah tak mengakhiri kisah pernikahannya karena ia kembali dipersunting oleh sahabat Nabi saw yang bernama Abdurrahman bin ‘Auf. Pada masa jahiliah namanya adalah Abdul Ka’bah kemudian Nabi menggantinya menjadi Abdurrahman.
Abdurrahman bin ‘Auf juga termasuk dari salah satu sepuluh sahabat Nabi saw.yang dijanjikan masuk surga. Dengannya Ummu Kultsum dikaruniai dua anak laki-laki Ibrahim dan Humaid. Pernikahan mereka berakhir karena wafatnya Abdurrahman bin ‘Auf di Madinah pada tahun 32 H.
Sebulan sebelum meninggal Ummu Kultsum menikah lagi dengan ‘Amr bin Ash seorang sahabat Nabi saw yang masuk Islam sebulan sebelum Fath Makkah pada tahun kedelapan hijriah. Usia pernikahannya hanya berumur sebulan karena Ummu Kultsum kemudian wafat. Ia meninggal pada masa kekhilafahan Ali bin abi Thalib.
Tak hanya menjadi sahabat Nabi saw, Ummu Kultsum juga berguru dan meriwayatkan hadis dari Nabi saw. Ia meriwayatkan satu hadis dalam kitab Shahihain dan hadis dalam Musnad Baqiy bin Makhlad. Adapun orang yang mengambil ilmu darinya adalah dua orang anaknya Ibrahim bin Abdurrahman bin ‘Auf dan Humaid bin Abdurrahman bin ‘Auf.
Selama hidupnya, Ummu Kultsum meriwayatkan sekitar 10 hadis Nabi saw, salah satunya termasuk hadits Muttafaq alaih, yang disepakati Bukhari dan Muslim. Imam An-Nasa’i dalam Sunan Al-Kubra juga meriwayatkan salah satu hadits dari Ummu Kultsum tentang keutamaan Surah Al-Ikhlas.
Keimanannya sekeras baja. Di usianya yang masih remaja, ia tinggalkan keluarga dan kampung halamannya dan menempuh ganasnya padang pasir antara Makkah dan Madinah demi membuktikan kecintaannya kepada Allah SWT dan Nabi Muhammad SAW.
Keberanian dan ketegasan Ummu Kultsum dalam meneguhkan keimanan layak ditiru para Muslimah sepanjang zaman. Keimanan memperoleh jalan untuk dapat masuk ke qalbunya sejak dini sehingga dia hidup dalam keimanan tersebut.
Dialah wania yang berhijrah, mendapat ujian, dan memenuhi seruan Allah tatkala ada seruan untuk melakukannya.
Sumber: Al-A’lam li Az-Zirikli, Siyaru A’lam An-Nubala’, Tahdzib Al-Kamal, Al-‘Aqd Ats-Tsamin fi Tarikh Al-Balad Al-Amin