Khotbah Jumat 13 Januari 2017 di Baitul Futuh, London
Beberapa orang berpikiran bahwa agama menghalangi mereka dari kebebasan dan menempatkan sanksi pada mereka. Namun, tentang hal ini Allah Ta’ala berfirman dalam Al-Qur’an,
وَمَا جَعَلَ عَلَيْكُمْ فِي الدِّينِ مِنْ حَرَجٍ
“Dan Dia tidak menjadikan bagi kalian kesulitan dalam agama.” (Surah Al-Hajj, 22:79).
Artinya, agama tidak menempatkan kesulitan apapun pada kalian. Hal mana itu berarti tujuan Syariat adalah untuk mengurangi beban umat manusia dan tidak hanya itu saja bahkan ingin menyelamatkan umat manusia dari segala macam kesulitan dan setiap jenis bahaya.
Jadi, dalam ayat ini Allah menjelaskan, “Agama, yaitu agama Islam yang diturunkan (dipilihkan) untukmu, di dalamnya tidak ada perintah yang menciptakan kesulitan. Sebaliknya, baik yang terkecil maupun yang terbesar, semua perintah membawa rahmat (belas kasih) dan berkah untuk engkau.”
Yang salah adalah pemikiran manusia, firman-firman Allah tidak mungkin salah. Selama kita menjadi makhluk-Nya, jika kita tidak bertindak atas perintah-Nya maka kita akan merugikan diri kita sendiri. Jika manusia tidak mengindahkan maka setan yang telah bersumpah dari hari pertama bahwa ia akan menyesatkan umat manusia, akan membuang manusia ke dalam lubang kehancuran.
Jika kita ingin menyelamatkan diri dari serangan setan maka kita harus mematuhi semua perintah Allah. Ada banyak hal yang tampaknya terlihat kecil dan dengan berlalunya waktu kita mulai menganggap itu adalah normal, tetapi hal-hal ini menghasilkan kerusakan yang dahsyat. Dengan demikian orang yang beriman harusnya tidak menganggap perintah-perintah Allah yang terkecil adalah tidak penting.
Akhir akhir ini, kita melihat bahwa sebagian besar orang telah menjauh dari agama. Hal ini membuat kriteria-kriteria mereka akan baik dan buruk juga telah berubah. Misalnya saat ini kita melihat bahwa ketelanjangan sedang meningkat di kalangan laki-laki maupun perempuan atas nama kebebasan. Fashion mengadaptasi hal ini.
Keterbukaan yang vulgar menjadi tanda kemajuan. Rasa malu sudah tidak tersisa lagi. Kerendahan hati, kesopanan dan kesederhanaan telah menjadi suatu hal yang tidak diketahui. Dan hal ini bisa saja berpengaruh kepada anak laki-laki dan perempuan kita yang tinggal di dalam masyarakat ini di sini, dimana dalam kadar tertentu juga terjadi.
Beberapa gadis ketika mereka mencapai usia pubertas menulis kepada saya: “Mengapa Hijab (Pardah, kesopanan dan kesederhanaan) dalam Islam diharuskan? Mengapa kita tidak bisa keluar dengan jins ketat dan blus tanpa penutup atau mantel? Mengapa kita tidak bisa berpakaian seperti gadis-gadis Eropa?”
Hal pertama sebelumnya, kita harus senantiasa ingat bahwa jika kita ingin mengutamakan agama dibanding duniawi maka tidak ada jalan lain selain kita harus menyesuaikan diri dengan ajaran agama. Jika kita menyatakan bahwa kita adalah Muslim dan kita teguh pada agama maka pembatasan-pembatasan yang demikian adalah diperlukan. Kita juga harus bertindak atas perintah-perintah Allah dan Rasul-Nya (saw).