Official Website Organisasi Perempuan Muslim Ahmadiyah

Berjuang untuk mencapai Akhlak Luhur: Ajaran-Ajaran Islam

Hadhrat Rasulullah saw telah bersabda,

فَإِنَّ الْحَيَاءَ مِنْ الْإِيمَانِ

fa-innal hayaa-a minal iimaan.’ 

“Sesungguhnya rasa malu adalah bagian dari iman.”[1]

Karena itu, demi menyelamatkan iman kita maka pardah dan dan berpakaian sederhana adalah diperlukan atas kita. Jika penduduk negara-negara maju atas nama kebebasan dan kemajuan telah melepaskan kesopanan dan kesederhanaan mereka, itu adalah karena mereka juga telah menyimpang jauh dari agama.

Karena itu, seorang wanita Ahmadi yang telah mengimani Hadhrat Masih Mau’ud as dan telah berjanji mengutamakan agama diatas urusan duniawi. Demikian pula, seorang gadis Ahmadi yang telah mengimani Hadhrat Masih Mau’ud as dan telah berjanji mengutamakan agama diatas urusan duniawi, demikian pula para wanita dan para laki-laki Ahmadi, telah berjanji mengutamakan agama diatas urusan duniawi bahwa mustahil bagi mereka untuk mengutamakan agama diatas urusan duniawi tanpa bertindak dan berlaku sesuai dengan perintah-perintah agama.

Merupakan keberuntungan nasib kita bahwa Hadhrat Masih Mau’ud as telah menjelaskan semuanya dengan luas dan terbuka kepada kita pada masa ini. Beliau as bersabda mengenai ketiadaan Hijab dan kemesuman (ketidaksopanan), “Beberapa orang menitikberatkan pada ketiadaan Hijab kaum wanita seperti para warga Eropa, namun hal ini tidak tepat sama sekali. Membiarkan bebas tanpa batas kepada kaum wanita adalah akar penyebab kebejatan moral.

Lihatlah kondisi moralitas para penduduk di negara-negara tempat kebebasan semacam ini diterima? Jika karena ketidaksopanan, kebebasan dan ketiadaan pardah lalu mereka meningkat dalam moralitas, akhlak dan kesucian, maka kita mengaku salah. Tapi sangat jelas bahwa ketika pria muda dan wanita muda yang mana terdapat kebebasan dan tanpa hijab juga maka betapa berbahayanya hubungan mereka.

Termasuk sifat alami manusia untuk melemparkan pandangan buruk dan seringkali dikuasai oleh hawa nafsu di banyak kesempatan. Selama manusia masih memanjakan diri dalam pengumbaran kesenangan dan terlibat dalam kebejatan moral meskipun telah ada Hijab (pardah, kesopanan dsb), maka Anda sekalian dapat mengukur apa yang mungkin dapat terjadi jika percampuran antara wanita dan laki-laki ini dibiarkan bebas sebebas-bebasnya. Anda sekalian dapat menilai keadaan moralitas para lelaki jika mereka telah menjadi seperti kuda liar (sepenuhnya tanpa kekangan).

Mereka tidak takut akan Allah dan tidak percaya pada akhirat. Mereka telah membuat kenikmatan duniawi sebagai sesembahan mereka. Karena itu, hal pertama dan terpenting ialah memperbaiki kondisi moral dan akhlak kaum laki-laki sebelum menyeru kearah kebebasan dan tanpa pardah. Dan jika kondisi moral kaum laki-laki ini telah diperbaiki dan mereka telah mengembangkan kekuatan moral yang setidaknya nafsu seksual mereka tidak akan pernah mengalahkan mereka, maka hanya sesudah ini terjadi maka barulah kalian dapat membuka perdebatan tentang apakah pardah itu diperlukan atau tidak.

Jika tidak demikian, dalam kondisi sekarang, menyerukan kebebasan ini dan pergaulan tanpa pardah itu seolah-olah menempatkan domba-domba di depan para singa. Apa yang terjadi dengan orang-orang itu yang tidak melihat hasil dari sesuatu tindakan. Setidaknya mereka harus menggunakan nurani dan kesadaran mereka untuk melihat apakah kondisi para pria mereka telah demikian saleh dan suci sehingga para wanita dapat ditempatkan di depan mereka tanpa pardah.”

Share :
Tags :

LI Indonesia Update